SOLOPOS.COM - Warga Dusun Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Karanganyar menanam pohon pisang sebagai bentuk protes jalan rusak menuju kawasan wisata Candi Cetho, belum lama ini. (Istimewa Warga Gumeng)

Solopos.com, KARANGANYAR — Buruknya infrastruktur jalan menjadi salah satu kendala utama pengembangan pariwisata di Kabupaten Karanganyar. Seperti yang terjadi di destinasi wisata Candi Cetho di Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar.

Satu-satunya jalan menuju destinasi wisata sejarah dan religi ini kondisinya rusak parah. Berstatus milik Pemeritntah Provinsi Jateng  membuat jalan menuju Candi Cetho justru terabaikan. Akhirnya, warga secara swadaya memperbaiki jalan tersebut. Namun pengerjaannya sebatas tambal sulam jalan berlubang karena anggaran terbatas dan daya tahannya singkat.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kini jalan tersebut kembali rusak dan belum ada tanda-tanda pemerintah akan memperbaikinya. “Jalan itu statusnya milik Pemprov Jateng. Belum tersentuh perbaikan bertahun-tahun,” kata Kades Gumeng, Suryanto, Kamis (7/12/2023).

Ia menilai buruknya infrastruktur jalan sangat mencoreng kepariwisataan di Jawa Tengah, terutama di Karanganyar. Terlebih pengunjung Candi Cetho bukan hanya wisatawan dalam negeri, namun turis asing dari berbagai negara. Karena itu, dia berharap Pemprov tergerak untuk memperbaiki jalan rusak menuju kawasan Candi Cetho tersebut.

Jalan rusak di Karanganyar tidak hanya menimpa jalan milik Pemprov. Banyak juga jalan milik Pemkab yang kondisinya tak layak dilintasi karena berlubang di sana-sini. Postingan konten berupa foto maupun video soal jalan rusak di Karanganyar sudah banyak beredar di media sosial.

Ketua DPD II Partai Golkar Karanganyar, Ilyas Akbar Almadani, pernah meminta Pemkab lebih banyak mendengar keluhan warga soal jalan rusak. Kemudian Pemkab perlu melakukan akselerasi (percepatan) perbaikan jalan rusak tersebut.

“Sangat ironis harus disampaikan ke media sosial. Mestinya sebelum viral di media sosial sudah diperbaiki,” kata Ilyas kepada Solopos.com, Rabu (7/6/2023).

Menurutnya, Pemkab harus mengurangi kegiatan yang bersifat seremonial dan lebih banyak bekerja untuk perbaikan jalan rusak. Data Badan Pusat Statistik (BPS) Karanganyar berasal dari Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (DPUPR) di tahun 2022 kondisi jalan kategori baik hanya 437 kilometer (km) dari total panjang jalan 1.046 km. Lainnya klasifikasi rusak sedang, rusak ringan, dan rusak berat.

“Pemkab fokus saja untuk perbaikan jalan. Jalan yang rusak tentu akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah,” katanya.

Fokus Perbaiki Jalan Rusak

Ketua DPRD Kabupaten Karanganyar, Bagus Selo, juga sempat meminta Pemkab Karanganyar segera memperbaiki jalan rusak dengan mengerahkan tim sapu lubang. Jangan sampai jalan yang rusak mengakibatkan korban jiwa.

“Harus diperbaiki dulu jalan-jalan yang berlubang. Bisa dikerjakan dengan pemeliharaan rutin dulu,” pinta Ketua DPC PDIP Karanganyar ini.

Pemkab harus fokus terhadap pembangunan infrastruktur jalan yang masih memprihatinkan. “Tidak perlu ada pembangunan gedung [lagi]. Fokus pada pembangunan jalan dan jembatan dulu,” kata Bagus dalam kesempatan lain.

Sejak 2022 lalu, anggaran daerah banyak tersedot untuk pembangunan gedung. Di tahun itu, ada proyek pembangunan rumah dinas, pendopo bupati, serta gedung kebudayaan. Pada 2023, Pemkab Karanganyar juga mengalokasikan anggaran untuk membangun sejumlah gedung perkantoran. Di antaranya kantor Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan (Dispertan PP, Dinas Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Disparpora), Dinas Perdagangan Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disdagnakertrans), Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Dispendukcapil) dan Dinas Perhubungan (Dishub).

Sebelumnya diberitakan video wisata jalan rusak menuju kawasan wisata Candi Cetho, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar viral di media sosial (medsos). Bahkan sebagai bentuk protes jalan rusak, warga menanam pohon pisang di beberapa jalan berlubang di sana. Video berdurasi 2 menit dua detik ini membubuhkan narasi satu-satunya akses jalan menuju kawasan Candi Cetho yang rusak parah.

Dalam video itu juga terlihat sekelompok pemuda dan dibantu sukarelawan setempat menambal jalan berlubang dengan menggunakan tanah ladu dan bebatuan. Ada pula yang menanam pohon pisang sebagai tanda jalan berlubang tersebut.

Tokoh masyarakat Dusun Cetho, Desa Gumeng, Heri Suwardi mengatakan jalan berlubang dan aspal mengelupas kerap menimbulkan kecelakaan lalu lintas (lakalantas). Korbannya bukan hanya warga lokal, namun juga wisatawan. Dengan jalan rusak, aktivitas warga untuk pertanian, ke pasar dan lainnya juga terganggu.

“Wong itu jalan satu-satunya yang kami lalui. Kecuali ada helikopter,” katanya.

Kerusakan jalan, lanjut dia, akan berdampak pada sepinya pengunjung ke kawasan Candi Cetho. Akibatnya juga berdampak pada lesunya perekonomian warga di kawasan Candi Cetho tersebut. Mestinya akses jalan menuju kawasan wisata Candi Cetho menjadi perhatian pemerintah. Hal ini mengingat jalan menuju Candi Cetho ekstrem karena berada di lereng Gunung Lawu pada ketinggian 1496 meter di atas permukaan laut.

“Jalan harusnya kondisi baik. Ini malah rusak parah dan sempit,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya