Soloraya
Jumat, 7 April 2023 - 15:52 WIB

Jalan Salib di Wonogiri Diwarnai Aksi Minum Brotowali dan Tangan Ditetesi Lilin

Muhammad Diky Praditia  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Umat Katolik menerima tetesan lilin dan meminum brotowali saat prosesi visualisasi jalan salib di Gunung Gandul, Giriwono, Wonogiri, Jumat (7/4/2023). (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Proses visualisasi jalan salib memperingati wafatnya Isa Al Masih di Gunung Gandul, Kelurahan Giriwono, Wonogiri, Jumat (7/4/2023), diwarnai aksi minum brotowali dan tangan ditetesi lelehan.

Brotowali dan lelehan lilin itu sebagai simbol kepedihan dan penderitaan Yesus saat disalib untuk menebus dosa umat Nasrani. Pantauan Solopos.com pada Jumat Pagi, sedikitnya 200 umat Katolik terdiri atas anak-anak, remaja, hingga dewasa minum brotowali dan menerima tetes lilin.

Advertisement

Aksi itu berlangsung saat pemberhentian keempat belas atau terakhir pada visualisasi Jalan Salib di Gunung Gundul. Sebelumnya umat berjalan menanjak sepanjang 700 meter mulai dari pintu masuk wisata Gunung Gandul sampai area parkir atas Gunung Gandul.

Sepanjang perjalanan itu ada 14 pemberhentian untuk memanjatkan doa dan puja-puji pada 14 peristiwa Yesus mulai dari penjatuhan hukuman mati, penyaliban, hingga pemakaman.

Advertisement

Sepanjang perjalanan itu ada 14 pemberhentian untuk memanjatkan doa dan puja-puji pada 14 peristiwa Yesus mulai dari penjatuhan hukuman mati, penyaliban, hingga pemakaman.

Salah satu peserta visualisasi, Joko Wuryanto, 58, mengatakan mengikuti visualisasi Jalan Salib di Gunung Gandul, Wonogiri, bersama istri dan satu anaknya. Hal itu sebagai wujud penghayatan dan permenungan terhadap peristiwa penyaliban Yesus.

Salah satu cara menghayati itu yakni dengan meminum jamu brotowali dan menerima tetesan lilin di telapak atau punggung tangan. “Kami dibawa untuk ikut melihat dan merasakan penderitaan Yesus. Brotowali dan tetesan lilin ini sebagai salah satu simbol pengorbanan Yesus kepada umatnya saat mengalami siksaan hingga kematiannya,” kata Joko.

Advertisement

Joko mengaku sejak dulu rutin mengikuti visualisasi Jalan Salib di Gunung Gandul Wonogiri. Sebab hal itu mengingatkan dirinya atas pengorbanan Yesus untuk menebus dosa umatnya.

“Dengan berjalan seperti ini, apalagi ini jalan menanjak, cukup jauh, setidaknya jadi tahu gambaran perjalanan penyaliban Yesus sampai kematiannya hingga nanti bangkit kembali pada hari akhir,” kata Joko saat ditemui Solopos.com selepas mengikuti upacara devosi tersebut.

Peserta lain, Nunung, menyampaikan prosesi minum brotowali dan penetesan lelehan lilin ke tangan baru kali ini dilaksanakan pada visualisasi Jalan Salib di Gunung Gandul. Pada tahun-tahun sebelumnya, visualisasi Jalan Salib dibarengi dengan tablo atau peragaan pada setiap peristiwa di pemberhentian Jalan Salib.

Advertisement

“Ini lebih sederhana. Mungkin karena baru terlaksana setelah sekian lama vakum. Dulu kan ada peragaannya termasuk peragaan penyaliban. Sekarang diganti dengan minum brotowali dan tetesan lilin ke umat,” ujar dia.

Kendati lebih sederhana, menurut Nunung, hal itu tidak menghilangkan substansi Jalan Salib. Dia masih bisa mengikuti upacara devosi itu dengan khusyuk.

Advertisement
Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif