Solopos.com, SUKOHARJO -- Warga terdampak limbah udara PT Rayon Utama Makmur (RUM) di Nguter, Sukoharjo, menghimpun kekuatan demi menghirup udara segar. Mereka bergerilya mengedukasi dan membangkitkan semangat warga lain soal bahaya limbah udara dari pabrik produsen serat rayon itu.
Bau tak sedap tak hanya merebak di sejumlah desa di wilayah Nguter melainkan daerah yang jaraknya puluhan kilometer dari lokasi pabrik serat rayon seperti Bendosari dan Polokarto. Warga tak pernah patah arang untuk memperjuangkan udara segar.
Mereka telah menempuh berbagai upaya agar pengelolaan limbah udara dibenahi secara tuntas. Perwakilan warga telah mengadukan keluhan bau busuk kepada Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Sukoharjo pada awal November.
Hal serupa pernah dilakukan Persatuan Perempuan Pejuang Lingkungan (P3L) pada November 2018. Kala itu, mereka juga mengadukan keluhan serupa lantaran tak kuat menghirup bau busuk setiap hari.
Hal serupa pernah dilakukan Persatuan Perempuan Pejuang Lingkungan (P3L) pada November 2018. Kala itu, mereka juga mengadukan keluhan serupa lantaran tak kuat menghirup bau busuk setiap hari.
“Kami mengedukasi masyarakat ihwal pencemaran udara dan air sekaligus menguatkan jaringan sukarelawan peduli lingkungan di setiap desa. Edukasi dilakukan di berbagai pertemuan warga seperti arisan warga maupun rapat RT/RW,” kata seorang tokoh masyarakat Desa Pengkol, Kecamatan Nguter, Tomo, saat berbincang dengan Solopos.com, Sabtu (23/11/2019).
Lagi, Panitia Reuni Akbar 212 Berharap Rizieq Shihab Datang
Tomo pernah melaporkan kasus dugaan pencemaran lingkungan PT RUM ke Polres Sukoharjo pada akhir 2017. “Kami tak patah semangat untuk berjuang demi udara segara untuk anak dan cucu. Generasi muda perlu diselamatkan karena limbah udara yang dihirup setiap hari bisa mengganggu kesehatan,” ujar dia.
Marahi Habis-Habisan GM PT RUM Sukoharjo, Jekek: Sama Wonogiri Kok Main-Main!
Perjuangan warga untuk menghirup udara segar tak hanya dilakukan dalam bentuk unjuk rasa melainkan mengungsi ke balai desa dan depan rumah dinas (Rumdin) Bupati Sukoharjo. Merela rela tidur di trotoar jalan selama semalam. Mereka ingin menyuarakan aspirasi dan unek-unek kepada Bupati Sukoharjo, Wardoyo Wijaya.
Demi Udara Segar
Warga tak kuat menghirup bau busuk setiap hari sejak PT RUM beroperasi pada 2017. Tak sedikit warga yang mengalami pusing dan mual setelah menghirup bau busuk selama beberapa menit.
“Kami bakal berjuang sekuat tenaga demi generasi muda agar bisa menghirup udara segar. Kami susah bernapas gara-gara bau busuk yang merebak setiap hari. Bau busuk itu muncul kadang sore hari kadang malam hari,” timpal seorang Desa Gupit, Kecamatan Nguter, Jiyem.
Kian Parah, Bau Busuk Limbah PT RUM Sukoharjo Tercium Sampai Polokarto
Padahal, Pemkab Sukoharjo telah menerbitkan surat resmi yang berisi permintaaan agar manajemen PT RUM mengurangi jumlah produksi selama sepekan. Hal itu dilanjutkan permintaan penghentian sementara kegiatan produksi sembari melakukan pembenahan pengelolaan limbah udara secara tuntas.
Pemkab Sukoharjo memanggil manajemen PT RUM untuk membahas penanganan pengelolaan limbah udara pada Kamis (21/11/2019). Kala itu, manajemen PT RUM diminta memaparkan upaya pembenahan pengelolaan limbah udara.
“Perbaikan dan pemasangan blower baru sudah dilakukan manajemen PT RUM. Tugas pemerintah melayani dan melindungi masyarakat. Namun, iklim investasi harus juga dijaga,” tutur Sekda Sukoharjo, Agus Santosa.
Bau Busuk PT RUM Sukoharjo, Manajemen Klaim Dipengaruhi Cuaca Ekstrem
Sebelumnya, Sekretaris PT RUM, Bintoro Dibyoseputro, mengatakan manajemen PT RUM telah mengurangi jumlah produksi selama sekitar tiga pekan. Hal ini sesuai permintaan otoritas pemerintah. Perbaikan juga dilakukan terutama di sekitar alat Waste Water Treatment Plant (WWTP) atau instalasi pengolahan air limbah. Misalnya, memasang blower baru dan menutup rapat instalasi pengolahan air limbah dengan plastik.