Soloraya
Minggu, 13 Juni 2021 - 20:54 WIB

Jalur Lori Hingga Makam, Ini Jejak Peninggalan Perusahaan Penghasil Serat Terbesar Hindia Belanda Di Wonogiri

Aris Munandar  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Lokasi produksi perusahaan serat terbesar Hindia Belanda di Wonogiri sebelum berhenti beroperasi pada 1940. (Istimewa/Arsip Digital Universitas Leiden)

Solopos.com, WONOGIRI -- Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI) Komisariat Wonogiri telah melakukan penelurusan dan mendatangi lokasi yang diyakini bekas tempat perusahaan perkebunan serat terbesar Hindia Belanda di Wonoharjo, Wonogiri.

Penelusuran ke lokasi itu sebagai tindak lanjut temuan data mengenai keberadaan perusahaan bernama Cuultur-Maatschappij Mento Toelakan atau _Onderneming_ Mento Toelakan itu.

Advertisement

MSI Komisariat Wonogiri mendapatkan data itu setelah melakukan penelitian dengan mengumpulkan arsip Belanda yang tersimpan di delpher.nl dan koleksi digital Universitas Leiden.

Baca Juga: Perusahaan Perkebunan Serat Terbesar Hindia Belanda Ada Di Wonogiri Loh, Ini Lokasinya

Advertisement

Baca Juga: Perusahaan Perkebunan Serat Terbesar Hindia Belanda Ada Di Wonogiri Loh, Ini Lokasinya

Ketua MSI Komisariat Wonogiri, Dennys Pradita, saat berbincang dengan Solopos.com, pekan lalu, mengungkapkan masih ada sejumlah jejak sejarah peninggalan perusahaan serat terbesar pada masa Hindia Belanda itu.

Peninggalan itu antara lain kolam nanasan, jembatan jalur lori atau kereta kecil, makam, dan tugu batas. "Kolam nanasnya itu berada satu kawasan atau satu kompleks. Jalur kereta kecil itu untuk aktivitas perkebunan yang cukup luas. Mengangkut barang dari ujung ke ujung. Makam untuk orang yang pernah menjabat di perusahaan kala itu," ujarnya.

Advertisement

Baca Juga: Muncul Klaster Perkantoran di Wonogiri, Ini Instruksi Bupati Jekek

Saat ini, menurut Dennys, sebagian besar kawasan perusahaan serat terbesar era Hindia Belanda di Wonogiri itu sudah berubah menjadi perumahan dan sawah. Sejak 1945, tanah itu dibagi-bagi ke warga dengan dibuatkan surat Letter C.

"Kolam nanasan, jembatan kereta kecil itu saat ini berada di pekarangan warga. Makamnya menjadi makam umum. Kalau bangunan pabrik dan rumah direktur perusahaan sudah tidak ada atau tidak ditemukan," kata Dennys.

Advertisement
Kebun tanaman serat milik perusahaan serat terbesar di masa pemerintahan Hindia Belanda di Wonogiri. (Istimewa/Arsip Digital Universitas Leiden)

Dennys mengungkapkan perusahaan milik swasta Hindia Belanda itu runtuh pada akhir 1940-an. Setelah itu, warga sekitar lokasi perusahaan masih sempat berupaya mengembangkan tanaman serat. Namun karena hanya bersifat lokal, usahanya tergolong kecil.

Baca Juga: Asyik, Wisata Kuliner Pasar Doplang Wonogiri Mulai Buka

Usaha masyarakat itu hanya bertahan hingga 1996. Saat ini di daerah itu sudah tidak ada yang mengembangkan usaha serat. Sebelumnya diberitakan, perusahaan perkebunan serat terbesar dan terbaik pada masa Hindia Belanda ternyata berada di Wonogiri.

Advertisement

Tiga Jenis Tanaman Serat

Perusahaan yang dikenal dengan sebutan Cuultur-Maatschappij Mento Toelakan atau _Onderneming_ Mento Toelakanitu berdiri 1897 dan berakhir pada akhir 1940-an ketika masa revolusi kemerdekaan. Adapun luas perkebunan itu sekitar 1.000 hektare.

Lahan itu tersebar di beberapa desa di Kabupaten Sukoharjo, Karanganyar, dan Wonogiri. Namun sebagian besar berada di Wonogiri. Di perkebunan itu ada tiga jenis tanaman serat yakni serat Nanas atau dikenal dengan sebutan serat Konas, serat tumbuhan Rami dan serat Yute Jawa. Selain itu ada tumbuhan kapas dan kapuk.

Baca Juga: Buntut Kecelakaan Bus BST Vs Motor, Gibran Minta U-Turn Timur Flyover Purwosari Solo Dievaluasi

Pengolahannya, daun tumbuhan diambil dan direndam di kolam kemudian dipintal atau digulung sebelum dibuat berbagai jenis produksi. Serat yang dihasilkan dari kebun itu berkarakter kuat sehingga digunakan serta pada saat itu dimanfaatkan untuk tali tambang kapal, karung goni, benang, tas jaring, tempat tidur gantung, kabel, tikar dan alat senam.

Karena kualitas produknya, perusahaan perkebunan itu mendapatkan dua penghargaan yakni penghasil serat nanas dan serat yute jawa terbaik di Hindia Belanda pada 1911. Selain itu Mento Toelakan menjadi pusat pembibitan serat nanas dan percobaan traktor perkebunan (Fordson) pada abad 20.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif