Soloraya
Jumat, 11 Maret 2022 - 13:45 WIB

Jamaah Islamiyah, Kelompok yang Dikaitkan dengan Teroris di Sukoharjo

Chelin Indra Sushmita  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Logo kelompok Jamaah Islamiyah. (Wikipedia)

Solopos.com, SOLO — Dokter terduga teroris berinisial SU yang ditembak mati Densus 88 Antiteror di Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (9/3/2022) malam disebut terlibat dalam kelompok ekstremis, Jemaah Islamiyah yang sering juga disebut sebagai Jamaah Islamiyah.

Organisasi militan Islam ini sudah sejak lama dituduh berada di balik serangkaian teror di Indonesia. Kelompok ini kabarnya dibentuk di Malaysia pada akhir 1980-an oleh sekelompok kaum ekstremis Indonesia.

Advertisement

Kelompok ini berkembang menjadi sel-sel yang tersebar di wilayah Asia Tenggara. Pada awalnya kelompok ini menggunakan jalan damai dalam mencapai tujuan mereka, yaitu mendidikan negara Islam raksasa di Asia Tenggara. Tetapi pada pertengahan tahun 1990-an, kelompok ini dilaporkan mulai mengambil jalan kekerasan untuk mencapai tujuan.

Baca juga: 5 Fakta Terduga Teroris di Sukoharjo Ditembak Mati: Dokter Anggota JI

Didirikan Abu Bakar Ba’asyir

Dikutip dari laman Center for International Security and Cooperation (CISAC) Stanford University, Jumat (11/3/2022), Jamaah Islamiyah merupakan pecahan organisasi Darul Islam (DI). Kelompok ini diperkirakan mulai bersatu dan membentuk organisasi resmi pada akhir 1980-an hingga awal 1990-an.

Advertisement

Tokoh pendirinya adalah Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir. Keduanya merupakan keturunan Arab Yaman yang memiliki latar belakang sebagai aktivis pergerakan Islam.

Pada masa Orde Baru, Abdullah Sungkar dan Abu Bakar Ba’asyir melarikan diri ke Malaysia. Di sana, mereka mulai membentuk kelompok Islam dan memfasilitasi perjalanan ke Afghanistan bagi muslim di Asia Tenggara yang ingin bergabung melawan Uni Soviet.

Baca juga: Dokter Terduga Teroris di Sukoharjo Ternyata Petinggi Jamaah Islamiyah

Hingga pertengahan 1990-an, banyak anggota Jamaah Islamiyah yang dilatih di Afghanistan. Organisasi tersebut dilaporkan menerima sumber daya dan nasihat dari kelompok Al-Qaeda.

Advertisement

Jamaah Islamiyah juga memiliki hubungan yang kuat dengan Front Pembebasan Islam Moro setelah Abdullah Sungkar berhasil mendirikan kamp pelatihan di Filipina. Setelah reformasi 1998, kelompok ini kembali ke Indonesia. Tidak lama setelah itu, Sungkar meninggal dunia.

Baca juga: Misteri Nyai Rantansari Asal Solo, Penunggu Desa Kramat di Bumiayu

Teror Bom

Pada Desember 2000, Jamaah Islamiyah bertanggung jawab atas serangkaian pengeboman gereja di Indonesia yang menewaskan 18 orang. Kelompok ini juga bertanggung jawab terhadap serangkaian pengeboman di Manila yang menewaskan 22 orang.

Pemerintah Singapura, Malaysia dan Filipina aktif mengejar para anggota kelompok ini di perbatasan mereka sendiri. Sayangnya, kala itu pemerintah Indonesia menolak tekanan berbagai pihak untuk menindak kelompok tersebut.

Advertisement

Menurut beberapa ahli, pemerintah Indonesia menolak mengakui ancaman teroris Islam secara nasional. Pemerintah juga dituding enggan berkampanye melawan ancaman ini di depan publik mayoritas Islam yang meragukan keberadaan Jamaah Islamiyah.

Baca juga: Peringatan 19 Tahun Tragedi Bom Bali di Monumen Ground Zero

Bom Bali 1

Serangan paling mematikan dari kelompok ini adalah Bom Bali 1 pada 12 Oktober 2002. Bom itu meledak di dua klub malam di Bali yang menewaskan 202 orang.

Advertisement

Setelah bom Bali pada tahun 2002, pihak berwenang Indonesia mulai mengambil tindakan tegas terhadap kelompok militan ini bersama dengan pemerintah negara lain.

Bom Bali 2

Teror bom dari Jemaah Islamiyah kembali terjadi di J.W. Hotel Marriott pada Agustus 2003, Kedutaan Besar Australia pada September 2004, dan Bali pada Oktober 2005.

Serangan-serangan tersebut diduga terkait dengan Noordin Mohammad Top, salah seorang pemimpin terkemuka Jamaah Islamiyah yang akhirnya meninggal dalam baku tembak dengan aparat pada 2009. Kemampuan operasional Jamaah Islamiyah mulai menurun karena upaya keamanan nasinal pada pertengahan 2000-an. Pemerintah Asia Tenggara berhasil menangkap lebih dari 400 tersangka teroris dan beberapa pemimpin senior kelompok tersebut.

Baca juga: Bomber Sarinah Tersadar dari Paham Teroris Berkat Habib Bahar

Jemaah Ansharut Tauhid

Advertisement

Pada 2008, Abu Bakar Ba’asyir mendirikan organisasi baru yang dinamakan Jemaah Ansharut Tauhid. Pada 2011, ia ditangkap dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara karena mengoperasikan kamp pelatihan militer di Aceh.

Pada Juli 2009, Jamaah Islamiyah kembali melakukan serangan bom di hotel Ritz-Carlton di Jakarta. Organisasi ini relatif tidak aktif dalam beberapa tahun terakhir, meskipun masih menjadi ancaman.

Baca juga: Bebas Murni, Abu Bakar Ba’asyir Bakal Pulang ke Ponpes Ngruki Sukoharjo

Teroris di Sukoharjo

Baru-baru ini, Densus 88 menembak mati terduga teroris berinisial SU yang bekerja sebagai dokter di Sukoharjo, Jawa Tengah. SU diketahui merupakan seorang petinggi organisasi ekstremis Islam tersebut.

Dikutip dari laman resmi Divisi Humas Polri, Jumat (11/3/2021), Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Pol Ahmad Ramadhan, menyebut terduga teroris berinisal SU terlibat dalam kelompok ekstremis. Bahkan, SU sempat menduduki beberapa jabatan penting.

“Adapun keterlibatan SU diantaranya adalah selaku anggota organisasi teroris JI,” kata Brigjen Ahmad Ramadhan, Kamis (10/3/2022).

Baca juga: Terduga Teroris di Sukoharjo Ditembak Mati Densus, Ini Reaksi Keluarga

SU yang sehari-hari berprofesi sebagai dokter itu disebut pernah menjabat sebagai Amir Hikmat, Deputi Dakwah dan Informasi, Penasihat Amir Jamaah Islamiyah, dan Penanggung Jawab Hilal Ahmar Society.

“Kemudian yang bersangkutan juga pernah menjabat sebagai Amir Hikmat, kemudian jabatannya adalah Deputi Dakwah dan Informasi dan juga yang bersangkutan sebagai Penasehat Amir JI, serta Penanggung Jawab Ilal Amar Society,” terangnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif