SOLOPOS.COM - Jamu gendong khas Solo. (Istimewa/Surakarta.go.id)

Solopos.com, SOLO–Jamu gendong merupakan jamu khas Solo yang memiliki banyak khasiat dan manfaat. Hal ini karena dipercaya mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit.

Dikutip Solopos.com dari laman Pemkot Solo Surakarta.go.id, Kamis (7/1/2023), jamu khas Solo berupa jamu gendong merupakan sejenis minuman obat herbal, yang terbuat dari daun-daunan dan bahan-bahan yang alami dan dipercaya mampu menjaga kesehatan tubuh.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kata jamu gendong berasal dari bahasa Jawa kuno, yaitu jampi atau usodo. Jampi atau usodo memiliki arti penyembuhan menggunakan ramuan obat-obatan dan doa-doa.

Istilah jampi ini banyak dulunya banyak ditemukan pada naskah kuno, seperti pada naskah Gatotkacasraya yang ditulis oleh Mpu Panuluh dari Kerajaan Kediri pada masa Raja Jayabaya. Maka dari itu, jamu merupakan warisan yang sudah ada sejak ratusan tahun silam.

Jamu sudah ada sejak zaman kerajaan Hindu-Budha menapaki Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan adanya relief yang menggambarkan pembuatan atau penggunaan jamu yang ditemukan pada beberapa candi seperti Candi Borobudur, Prambanan, Penataran, Sukuh, dan Tegalwangi.

Selain itu, jamu juga ditemukan dalam sebuah Prasasti Madhawapura peninggalan Kerajaan Majapahit. Dalam prasasti tersebut, disebutkan profesi seorang peracik jamu disebut sebagai aracaki.

Pada jaman dulu, seorang aracaki harus berdoa, bermeditasi, dan berpuasa terlebih dahulu sebelum meracik jamu. Hal ini dilakukan supaya bisa merasakan energi positif yang baik untuk kesehatan. Ritual ini dilakukan, karena masyarakat Jawa kuno percaya bahwa Tuhan adalah penyembuh yang sesungguhnya.

Dulunya jamu khas Solo hanyalah diperuntukkan bagi kalangan keraton atau istana kerajaan. Namun seiring berkembangnya zaman, jamu mulai didistribusikan dan digunakan oleh masyarakat luas.

Kemudian, lambat laun banyak pedagang jamu mulai bermunculan. Pedagang-pedagang tersebut berjualan jamu secara keliling. Ada yang berjualan dengan cara dipikul (biasanya untuk laki-laki) dan ada yang berjualan dengan cara digendong (biasanya perempuan). Maka dari itulah kemudian muncul istilah jamu gendong di masyarakat.

Jamu gendong khas Solo itu merupakan jamu yang berasal dari hasil produksi rumahan (home industry). Jamu ini dijajakan dengan cara memasukkan ke botol-botol.

Lalu botol-botol tersebut disusun secara rapi dalam sebuah bakul. Setelah itu si penjual jamu akan menggendong bakul berisi jamu tersebut lalu berjualan berkeliling ke daerah-daerah.

Para pedagang jamu gendong memasarkan dagangannya dengan cara berkeliling dengan menggendong dagangannya (jamu). Penjual dari jamu gendong ini biasanya adalah wanita. Hal ini terjadi karena pada zaman dulu seorang laki-laki lebih diperlukan dalam bidang pertanian.

Saat ini penjual jamu gendong masih sering dijumpai di masyarakat. Hanya, intensitasnya sudah lumayan berkurang dibandingkan dengan zaman dulu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya