SOLOPOS.COM - Ilustrasi produk UMKM Klaten. Belakangan 20 produk makanan dan minuman olahan produksi UMKM Klaten berhasil masuk toko modern, (Solopos/Moh. Khodiq Duhri)

 Aneka kerajinan produk pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) mengisi etalase khusus di Januputra Pasar Raya Klaten, Rabu (24/7/2013). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)


Aneka produk pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) mengisi etalase khusus di Januputra Pasar Raya Klaten, Rabu (24/7/2013). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/Solopos)

Bangunan tiga lantai itu terlihat megah berdiri di Jl Pemuda Klaten. Pusat perbelanjaan yang berlokasi tepat di depan Kantor Setda Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Klaten itu tak pernah sepi pengunjung kendati baru diresmikan Bupati Klaten, Sunarna, Jumat (19/7/2013).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Januputra Pasar Raya Klaten bukan sekadar pusat perbelanjaan. Pengelola pusat perbelanjaan ini sengaja memberikan etalase khusus bagi pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM) di Klaten. Tidak kurang dari 20 jenis UMKM ikut memeriahkan keramaian etalase Januputra Pasar Raya Klaten.

Sebuah kursi panjang yang terbuat dari rangkaian kayu jati bekas kandang sapi mengisi etalase khusus UMKM paling ujung. Kendati kayu jati itu sudah cukup tua, kursi tersebut tampak kokoh. Penggunaan kayu jati bekas yang tanpa dilingdungi cat atau pelitur membuat kursi tersebut terkesan antik.

Tak jauh dari kursi itu, sejumlah kerajinan tangan tertata dengan rapi. Aneka kerajinan dari UD Kelapa Budaya Dusun Ngaran, Desa Mlese, Kecamatan Ceper itu menyita perhatian pengunjung. Berbagai perabot rumah tangga seperti kotak tisu, tempat lampu, nampan, piring buah, tempat koran, dan lain-lain semua terbuat dari bahan kayu.

“Barang-barang ini semuanya antik-antik. Pembuatnya sangat kreatif sekali,” ujar Ikhsan, 30, seorang pengunjung saat ditemui Solopos.com di lokasi, Rabu (24/7/2013).

Berbagai kerajinan lain seperti batik, lurik, lurik dan batik (lutik), jilbab, gamis, aneka makanan khas Klaten itu meramaikan etalase. Pagi itu, batik asli Bayat cukup ramai dikunjungi. Rata-rata mereka penasaran ingin melihat batik tulis yang pewarnaannya menggunakan bahan-bahan alami tersebut. Kendati dijual dengan harga yang relatif mahal, batik asli Bayat ini ternyata tetap banyak digemari.

“Kami memang konsisten memakai pewarna alami seperti daun jambu untuk warna hijau, kulit pohon mahoni untuk warna merah, daun indigo untuk warna biru dan lain-lain. Kain batik tulis dengan pewarna alami ini dijual mulai Rp350.000 hingga Rp500.000/meter. Memang lebih mahal dari batik printing, tetapi batik tulis ini banyak yang menggemari,” ujar Dyah Septiani, karyawan Batik MY dari Desa Beluk, Kecamatan Bayat ini.

Berbagai makanan khas Klaten juga meramaikan etalase khusus untuk UMKM. Beberapa makanan khas Klaten itu antara lain peyek cethul dari Desa Belangwetan, Klaten Utara, aneka ikan goreng tepung crispy yang dibudidayakan di Rawa Jombor, belut goreng dari Desa Kebondalem Kidul, Prambanan, makanan lain seperti belut daun singkong dan jamur tiram goreng, keripik pisang aneka rasa, dan lain-lain. Di antara makanan khas Klaten, payek cethul menjadi salah satu makanan yang paling banyak diserbu pembeli.

“Kebetulan saya suka ikan cethul, kendati bentuknya kecil-kecil, rasanya sangat gurih dan nikmat,” papar Kurniasih, 35, pengunjung lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya