SOLOPOS.COM - Penampilan Tari Kidang Talun, Tari Genjring Party dan Tari Yapon dalam keseruan Jarwana 2023 hari pertama, Sabtu (11/11/2023). (Solopos.com/Maymunah Nasution)

Solopos.com, SOLO — Beratus-ratus tahun lamanya, tiga etnis di Kelurahan Jayengan. Laweyan, Solo hidup berdampingan dengan penuh perdamaian.

Ketiga etnis tersebut antara lain etnis Banjar dari Banjarmasin, etnis China, dan etnis Jawa.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Kebudayaan mereka juga berakulturasi tanpa mengaburkan kekayaan filosofi masing-masing etnis.

Hal itulah yang dilestarikan lewat gelaran budaya Jarwana (Banjar, Jawa, dan China) oleh Kelurahan Jayengan di Kecamatan Serengan, Solo.

Gelaran ini sudah diselenggarakan sejak 2017 hingga tahun 2022, dan kini di tahun 2023, Jayengan kembali menyelenggarakannya.

Lurah Jayengan, Aris Herjito, menjelaskan jika Jarwana sempat terancam tidak digelar di tahun 2023 karena keterbatasan anggaran dari Pemerintah Kota Solo.

“Selama dua kali penganggaran tahun 2023 kami tidak mendapatkan bagian untuk penyelenggaraan Jarwana, tetapi setelah melihat kelurahan lain bisa tetap menyelenggarakan gelaran budaya masing-masing, kami mulai mengupayakannya dengan mengajukannya ke DPRD dan akhirnya kami mendapatkan anggaran untuk menggelar Jarwana lagi, sehingga kami menamakannya Jarwana Reborn 2023,” ujar Aris saat jumpa pers Jarwana 2023 di Kelurahan Jayengan, Jumat (10/11/2023).

Aris mengaku, gelaran Jarwana tahun 2022 sempat dinamai The Last Show (Pertunjukan Terakhir) karena harapan menggelar acara serupa di tahun berikutnya dibayangi ketiadaan anggaran.

Namun tidak hanya berhasil mengamankan anggaran Jarwana 2023, Jayengan juga berhasil mengamankan anggaran untuk gelaran budaya 2024.

Camat Serengan, Agung Wijayanto, mengaku berharap permasalahan anggaran tidak dialami oleh berbagai kelurahan di Serengan untuk menyelenggarakan kegiatan budaya.

“Harapannya tetap ada anggaran untuk kelurahan biar bisa menggelar kegiatan budaya, walaupun mungkin tetap hanya bisa mengikuti keputusan dari atas ya,” ujar Agung dalam kesempatan yang sama.

Menurut Agung, kebijakan penghapusan anggaran gelaran budaya di tingkat kelurahan disebabkan karena kegiatan serupa akan disentralkan di tingkat kecamatan.

Melihat hal tersebut, Agung yakin Serengan akan mampu mengadakan gelaran budaya besar karena masing-masing kelurahan di kecamatan tersebut memiliki kekayaan kreativitas dan budaya melimpah.

Dia sangat mengapresiasi gelaran budaya Jarwana Reborn 2023 dan berharap kegiatan tersebut bisa sebesar Grebeg Sudiro yang berasal dari Sudiroprajan.

Kelurahan Jayengan juga bisa menjadi contoh toleransi di masyarakat Solo.

Kini dengan konsep reborn atau lahir kembali, Jarwana mengusung tema baru yaitu panggung pertunjukan.

Pantauan Solopos.com pada hari pertama pelaksanaan meskipun sempat terkendala hujan lebat, Jarwana Reborn 2023 tetap kondusif dan menarik animo masyarakat Jayengan maupun luar kelurahan tersebut.

Keramaian mulai terasa selepas Isya’ dan terlihat dari antrian pengunjung yang menukar voucher makanan gratis khas ketiga etnis.

Rata-rata durasi antrian di masing-masing tenda per etnis berlangsung selama 1,5 menit.

Beberapa makanan khas Banjar yang dibagikan dalam acara ini salah satunya adalah Roti Lumpur, sementara masakan khas Jawa yang dibagikan adalah Mendhut, Karang Gesing, dan Gethuk.

Sementara itu, warga etnis China di Jarwana Reborn 2023 membagikan Bakpau, Mochi, dan Cakue atau Bolang-Baling.

Ada total 3000 porsi makanan dibagikan masing-masing etnis untuk siapapun yang memiliki voucher.

Selain kehadiran makanan khas Banjar, Jawa, dan China, acara juga dikemas dengan bazar berbagai jajanan dari masyarakat Jayengan maupun dari luar.

Penampilan seni khas ketiganya menjadi atraksi utama acara.



Hari pertama Jarwana Reborn 2023 menggelar Opera van Jayengan yang menceritakan kisah Ande-Ande Lumut dan Klenting Kuning yang dikonsep sepenuhnya oleh warga Jayengan.

Anak-anak juga ikut tampil dalam acara tersebut dengan penampilan Hadrah, tari Yapong dari Betawi, Tari Kijang Talun, dan tari kreasi Genjring Party serta Tari Prau Layar.

SD Islam Darussalam menampilkan hadrah dengan sholawat kepada Nabi Muhammad SAW disajikan dengan lirik lagu berbahasa Jawa.

Sementara itu, SD Kartopuran menampilkan dua tari kreasi untuk masing-masing kelompok laki-laki dan perempuan, yaitu tari Genjring Party dan Tari Prau Layar.

Tidak hanya itu, kelompok Karang Taruna Kelurahan Jayengan menampilkan tari Yapong khas Betawi lengkap dengan sanggul khas melingkar besar dan pakaian berwarna cerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya