SOLOPOS.COM - Kantor Kelurahan Sambeng yang berada di tengah hutan jati wilayah Kecamatan Juwangi, Boyolali, Selasa (21/2/2023). (Solopos/Ni'matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Salah satu keunikan wilayah Sambeng di Juwangi, Boyolali, adalah berstatus kelurahan meskipun berada jauh dan terpencil dari pusat kota kabupaten ataupun kecamatan.

Bahkan, Sambeng merupakan satu-satunya kelurahan di Boyolali yang berada di wilayah perbatasan dengan kabupaten lain. Lokasinya pun terpencil di tengah hutan jati. Sambeng berjarak 70 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Boyolali.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Wilayahnya berbatasan langsung dengan Kabupaten Grobogan. Dari data yang diperoleh Solopos.com, hanya ada enam kelurahan di Boyolali yang memiliki 22 kecamatan dan selebihnya sebanyak 261 wilayah administrasi berstatus desa.

Dari enam kelurahan itu, lima di antaranya berada di sekitar pusat pemerintahan kabupaten. Lima kelurahan itu yakni Siswodipuran, Banaran, dan Pulisen di Kecamatan Boyolali. Lalu Kelurahan Mojosongo dan Kemiri di Kecamatan Mojosongo.

Sedangkan Kelurahan Sambeng berada di Juwangi yang berlokasi terpencil di ujung utara Boyolali. Lurah Sambeng, Antonius Pramusinto, saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa (21/2/2023), mengatakan ada alasan kenapa Sambeng yang jauh dan terpencil dari pusat kota menjadi kelurahan, bukan desa.

Ia menceritakan hal itu karena awalnya Sambeng tidak memiliki banyak tanah untuk kas desa. Dari total luas wilayah Kelurahan Sambeng yang mencapai 554,442 hektare, 466,7 hektare di antaranya merupakan hutan jati berstatus perkebunan negara.

Padahal tanah kas desa diperlukan sebagai salah satu sumber penghasilan pemerintah desa dan membayar gaji perangkat desa. Karena kondisi itulah, pada 2004 lalu, Bupati Boyolali yang menjabat pada saat itu menetapkan Sambeng sebagai kelurahan.

Pernah Diusulkan Jadi Desa

Anton menceritakan pada 2021 sebenarnya sempat ada usulan agar status Sambeng diubah menjadi desa. Akan tetapi warga menolak karena khawatir ada konflik antarwarga saat pemilihan kepala desa.

Anton mengakui wilayah Sambeng, memang bisa disebut terpencil sebagai kelurahan karena lokasinya di dalam hutan jati Juwangi, Boyolali. Selain itu Kelurahan Sambeng di sebelah barat juga berbatasan dengan Ngawen, Padas, Kedungjati, Grobogan.

Lalu, di sebelah utara ada Desa Cerme, Juwangi, sebelah timur ada Desa Pilangrejo dan sebelah selatan ada Desa Kalimati dan Krobokan, Juwangi. Kelurahan Sambeng dihuni 837 keluarga dengan total 2.535 jiwa.

“Mayoritas warga di sini sebagai petani jagung dan pisang, pendidikan sebagian besar lulus SD, tapi juga ada yang sarjana beberapa, kalau tidak salah 12 orang,” jelasnya.

Ia mengatakan ada 16 RT dan dua RW di Sambeng. Selain itu, ada tujuh dukuh yaitu Klumpit, Kedungdawung, Blimbing, Joho, Kendal, Sambeng, dan Mondokan.

Menurut Anton, Kelurahan Sambeng memiliki potensi wisata yaitu Embung Sambeng yang dibangun pada 2013 untuk resapan air baku dan konservasi air. Selain itu, embung tersebut menjadi jujugan warga baik dari dalam dan luar Sambeng yang hobi memancing.

Sambeng juga memiliki tradisi unik bernama memule yang digelar sebelum masa tanam jagung di bukit tempat petilasan Nyi Plandak. Di sana warga berkumpul membawa nasi, ayam panggang, dan lauk pauk lain. “Itu doa bersama bertujuan agar panennya nanti bisa sesuai harapan,” kata Anton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya