Soloraya
Senin, 4 April 2022 - 19:17 WIB

Jawa Hadapi Ancaman Krisis Air Bersih, Hydrosolidarity Jadi Solusi?

Tika Sekar Arum  /  Danang Nur Ihsan  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tangkapan layar webinar Hari Air Sedunia 2022 yang digelar Solopos Media Group. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Dunia menghadapi ancaman krisis air pada setidaknya 20 tahun ke depan. Dalam forum World Water Day 2022 di Dakar, Senegal, kekhawatiran akan krisis air itu menjadi perhatian. Krisis air berpeluang terjadi di kawasan dengan populasi penduduk tinggi, seperti Pulau Jawa.

Di negara lain di dunia, ancaman krisis air juga membayangi kawasan berpenduduk padat lainnya seperti Thailand dan sebagian Vietnam.

Advertisement

Direktur Utama Perum Jasa Tirta 1, Raymond Valiant Ruritan, mengatakan dalam forum itu disebutkan solusi penting untuk mencegah krisis air yakni dengan menerapkan hydrosolidarity atau solidaritas tentang air.

Hydrosolidarity bermakna sederhana, bahwa orang yang tinggal di hulu harus ingat ada orang yang tinggal di hilir. Mereka yang tinggal di tepian sungai harus ingat bahwa ada yang pakai air di sebelah mereka.

Advertisement

Hydrosolidarity bermakna sederhana, bahwa orang yang tinggal di hulu harus ingat ada orang yang tinggal di hilir. Mereka yang tinggal di tepian sungai harus ingat bahwa ada yang pakai air di sebelah mereka.

Baca Juga: Cari Cara agar 468 Miliar Meter Kubik Air Bersih Tak Hilang Sia-Sia

“Kekurangan air itu nyata dan hanya bisa diatasi, risikonya hanya bisa dimitigasi, kalau kita secara bersama-sama membangun solidaritas di bidang pengelolaan air,” ungkap Raymond saat hadir sebagai pembicara dalam Webinar Hari Air Sedunia “Air untuk Ekonomi Berkelanjutan” yang digelar Solopos Media Group, Kamis (31/3/2022).

Advertisement

Pentingnya kerja sama atau kolaborasi juga menjadi hal yang ditekankan narasumber Webinar Hari Air Sedunia lainnya, Head of Climate & Water Stewardship Danone Indonesia, Ratih Anggraeni.

Ratih dalam paparannya menjelaskan ketersediaan air baku di Indonesia makin berkurang dengan bertambahnya kebutuhan akibat pertumbuhan penduduk.

Persentase ketersediaan air terhadap kebutuhan tercatat hanya 17%-32,6% di sebagian besar daerah di Pulau Jawa dan sebagian di Sumatra. Kondisi itu tentu mengkhawatirkan jika tidak segera ditangani.

Advertisement

“Kami ada tiga pilar komitmen [Danone Indonesia] untuk perlindungan sumber daya air. Pertama, menjaga ekosistem air, mendorong sirkularitas di dalam dan sekitar fasilitas produksi. Ketiga bagaimana membantu dengan menyediakan air bersih juga menjadi komitmen kita,” kata Ratih.

Baca Juga: 2 Ilmuwan Ini Kisahkan Perjuangan Cari Air Bersih di Sragen & Wonogiri

Dia memaparkan dalam kajian awal konservasi Sungai Pusur di Boyolali-Klaten, pihaknya menemukan ada berbagai permasalahan. Di daerah hulu yang berada di Boyolali ada persoalan terkait eksploitasi kawasan sungai dengan adanya aktivitas tambang galian C.

Advertisement

Di tengah yang masuk wilayah Klaten ada isu soal manajemen air, di mana air tersedia namun distribusi kurang baik sehingga menjadi masalah. Permasalahan bagian tengah lainnya adalah memburuknya kualitas air karena dampak home industri, peternakan, dan pencemaran sampah.

Di bagian hilir pun tak lepas dari isu di bagian tengah. Manajemen air yang tidak merata ternyata memunculkan masalah pertanian di bagian hilir sehingga rentan terjadi konflik. Jika konsep hydrosolidarity dipahami semua pihak dan diterapkan, maka masalah-masalah tersebut tentu bisa ditekan.

Danone sendiri menjawab permasalahan tersebut dengan membuat program berbeda di setiap bagian Sungai Pusur.

Baca Juga: Air Baku Tercemar Limbah Ciu, PDAM Solo Disarankan Lapor Polisi

“Pembuatan embung di Boyolali, biopori, sumur resapan. Konservasi air dengan PDAM. Di bagian tengah ada biogas, di hilir kami mendukung pertanian berkelanjutan. Bank sampah, ada pula river tubing untuk wisata edukasi pemeliharaan sungai. Perbaikan saluran irigasi juga dilakukan,” ungkap Ratih.

Dia mengakui berbagai program tersebut tidak bisa dijalankan Danone Indonesia sendiri. Butuh kolaborasi dengan melibatkan banyak pihak, termasuk Pemerintah Daerah Boyolali dan Klaten di mana Sungai Pusur berada.

Ratih menambahkan saat ini Danone Indonesia telah melakukan konservasi di 6.000 hektare area yang tersebar di 16 kabupaten di seluruh Indonesia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif