SOLOPOS.COM - Dua orang wanita berdiri di teras depan Hotel Bojolali sekitar tahun 1900 – 1940-an yang saat ini menjadi Panti Pelayanan Sosial Anak (PPSA) Pamardi Utomo. Hotel Bojolali disebut sebagai hotel pertama di kecamatan /kota Boyolali. (Istimewa/Tropenmuseum).

Solopos.com, BOYOLALI – Sebuah Panti Pelayanan Sosial Anak (PPSA) di jantung Kota Boyolali diyakini menggunakan gedung yang dulunya menjadi hotel pertama di Boyolali bernama Hotel Bojolali.

Hotel pertama di Boyolali itu bernama Hotel Bojolali yang sekarang menjadi PPSA Pamardi Utomo  di Jalan Pandanaran Nomor 174, Kelurahan Banaran, Kabupaten Boyolali.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Fakta tersebut disampaikan pegiat sejarah asal Boyolali, Muhammad Faiz. Faiz meyakini hotel tersebut sebagai hotel pertama karena dia belum menemukan peninggalan bangunan sejarah lainnya di Boyolali yang dinamakan hotel.

“Saya tahu dari beberapa sumber Belanda, misal dari peta, iklan koran, maupun sumber-sumber lain menyebutkan ada Hotel Bojolali. Kalau di legenda tahun 1900-an awal kalau enggak salah, terlihat peta kota Boyolali tepatnya di Pamardi Utomo ada tulisan Hotel Bojolali tersebut,” ujarnya kepada Solopos.com, Minggu (20/11/2022).

Alumni Arkeologi Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut mendapatkan pula sumber-sumber tambahan yang menguatkan penemuannya. Ia mendapatkan foto lama dua orang perempuan yang berdiri di teras Hotel Bojolali dalam situs Tropenmuseum, Belanda.

Baca juga: Jejak Hotel Pertama di Boyolali: Ada sejak Abad 19 Sekarang Jadi Panti Sosial

Faiz mengaku belum tau pasti pembangunan hotel tersebut. Namun, berdasarkan data koran yang dia lihat di kanal www.delpher.nl, bangunan sudah ada sebelum abad ke-19.

Delpher merupakan situs web yang menyediakan teks lengkap surat kabar, buku, jurnal, dan lembar kopi siaran berita radio bersejarah berbahasa Belanda

“Jujur kalau tepatnya bangunan Hotel Bojolali dibangun itu kapan, saya kurang tahu. Namun, kalau melihat dari beberapa data koran yang saya lihat di Delpher, hotel itu abad 19 sudah ada. Seperti misalnya di De nieuwe vorstenlanden tanggal 7 bulan 8 1896,”

Ia menceritakan di tanggal tersebut, terdapat iklan tentang Hotel Bojolali. Di iklan tersebut juga ada reparasi kereta kuda.

Tak hanya itu, Faiz menjelaskan di koran-koran lain juga membicarakan Hotel Bojolali jadi satu-satunya hotel yang strategis karena berada di antara Selo dan Salatiga, sehingga dijadikan tempat transit.

Baca juga: Daftar Hotel di Boyolali untuk Muktamar Muhammadiyah, 30 Menit dari Pusat Acara

Pria 23 tahun tersebut menceritakan dulu trem dari Solo hanya bisa mencapai Boyolali Kota yang berada stasiunnya kini menjadi Panti Marhaen dan sekitar Pasar Boyolali Kota. Sehingga, beberapa orang yang hendak ke Selo dan Salatiga transit dulu di hotel tersebut.

Orang-orang pergi ke Selo untuk mengunjungi sebuah rumah sakit atau sanatorium di Selo. Ia meyakini sanatorium tersebut digunakan untuk orang yang memiliki penyakit paru-paru. Namun, Faiz belum mendapatkan informasi terkait saat ini sanatorium tersebut menjadi apa.

Faiz menjelaskan Hotel Bojolali dulu terletak sebelum jembatan Kali Gedhe atau Jembatan Kridanggo dan berada di sekitar Pecinan.

Namun, ia mengatakan hotel tersebut bukan hotel yang ditempati tamu-tamu negara, akan tetapi disinggahi tamu-tamu pejabat administrasi dan tamu bisnis yang menginap di Hotel Bojolali.

Berdasarkan risetnya di arsip koran terbitan Belanda De Nieuwe Vorstenlanden, pria yang sekarang bekerja sebagai asisten kurator di Museum Semedo di Tegal menyebutkan dulu pernah ada 4.000 orang datang ke Boyolali dengan motor dan mobil.

Baca juga: Catat! Daftar Hotel di Boyolali yang Masih Kosong untuk Muktamar Muhammadiyah

Para orang-orang terhormat dari rombongan yang kemungkinan pejabat juga menginap di Hotel Bojolali. Sedangkan, barang-barangnya disimpan di rumah salah satu orang kaya pada saat itu bernama Tuan Radenmarker.

Salah seorang pegiat sejarah asal Boyolali, Muhammad Faiz, meyakini hotel tersebut sebagai hotel pertama karena dia belum menemukan peninggalan bangunan sejarah lainnya di Boyolali yang dinamakan hotel.

“Saya tahu dari beberapa sumber Belanda, misal dari peta, iklan koran, maupun sumber-sumber lain menyebutkan ada Hotel Bojolali. Kalau di legenda tahun 1900-an awal kalau enggak salah, terlihat peta kota Boyolali tepatnya di Pamardi Utomo ada tulisan Hotel Bojolali tersebut,” ujarnya kepada Solopos.com, Minggu (20/11/2022).

Alumni Arkeologi Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut mendapatkan pula sumber-sumber tambahan yang menguatkan penemuannya. Ia mendapatkan foto lama dua orang perempuan yang berdiri di teras Hotel Bojolali dalam situs Tropenmuseum, Belanda.

Baca juga: Pernah Ditolak Warga, Panti Jati Adulam Ministry Solo Kini Hidupi 100-an ODGJ

Bagian teras depan tersebut, kata Faiz, masih sama persis dengan bangunan depan PPSA Pamardi Utomo. Hanya ada perbedaan sedikit di bagian fasad bangunan yang saat ini lebih tinggi dan beberapa jendela yang sudah berganti. Akan tetapi, ia menilai secara keseluruhan masih sama.

Terkait pemilik hotel yang diduga pertama di Boyolali tersebut, Faiz mengaku belum menemukan literatur terkait hal tersebut. Akan tetapi, ia meyakini kalau pemiliknya adalah orang Eropa. Ia mengatakan akan melakukan riset hal tersebut lebih dalam.

Ia ingin masyarakat Boyolali tahu jika di daerahnya sempat terdapat sebuah hotel bangunan kolonial yang dimiliki oleh orang Eropa. Faiz menilai banyak masyarakat yang belum tahu, terlebih pascakemerdekaan, hotel tersebut telah berubah menjadi panti asuhan pada 1950-an.

“Saya berharap tetap lestari bangunan ini, tetap jadi panti asuhan enggak apa-apa tapi enggak diubah. Jadi bagian utamanya pantang diubah dan semoga orang-orang makin sadar hotel ini cukup penting dalam sejarah Boyolali,” jelasnya.

Sementara itu, saat Solopos.com menyambangi PPSA Pamardi Utomo pada Senin (21/11/2022). Terlihat model bangunan depan yang identik dengan foto Hotel Bojolali.

Baca juga: Hilang 3 Tahun, Warga Karanganyar Ditemukan di Cipayung Jakarta Timur

Mulai dari desain lubang berbentuk persegi panjang yang terletak di bagian teras depan yang masih seperti dalam foto. Kepala PPSA Pamardi Utomo, Shodiq Wibowo, mengaku dirinya tidak mengetahui jika dulunya panti yang ia pimpin adalah hotel pertama di Boyolali.

“Tapi dulu Bu Sary [Ketua PPSA Pamardi Utomo] sebelumnya, yang sudah 21 tahun di sini juga pernah dengar kalau di sini hotel. Saya sendiri enggak tahu karena masuk di sini 2020. Kemungkinan bangunan aslinya itu ya di sini [kantor], soalnya enggak boleh dipugar,” jelasnya.

Shodiq mengungkapkan dirinya juga belum mendapatkan informasi terkait apakah bangunan PPSA Pamardi Utomo termasuk bangunan cagar budaya.

Namun, ia menjelaskan bangunan kantor masih dipertahankan dan tidak boleh diubah sedangkan di bagian belakang yang merupakan asrama anak-anak merupakan bangunan baru.



“Kalau sejarahnya mungkin terkait dengan nama Pambraman, dulu daerah sini dukuh namanya Pambraman. Dulu kan rumahnya orang Belanda, namanya Van Bram. Makamnya ada di belakang sini, kalau orang Jawa mungkin kesulitan menyebut Van Bram, jadilah Pambraman,” ujarnya.

Baca juga: Daftar Hotel di Boyolali untuk Muktamar Muhammadiyah, 30 Menit dari Pusat Acara

Shodiq menjelaskan saat ini PPSA Pamardi Utomo berada di bawah Dinas Sosial (Dinsos) Provinsi Jawa Tengah bertugas memberikan pelayanan soial bagi 80 anak yatim-piatu, yatim, piatu, terlantar, dan anak keluarga kurang mampu di Jawa Tengah.

Pada 1945 hingga tahun 1950 digunakan untuk menampung gelandangan dan orang terlantar. Kemudian tahun 1950 – 1953 digunakan untuk menampung anak-anak terlantar dan diberikan pendidikan hingga tamat Sekolah Rakyat.

Selanjutnya gedung yang diduga bekas bangunan hotel pertama di Boyolali ini pada 1953 – 2008 diberi nama Panti Asuhan Pamardi Utomo Boyolali yang bertugas memberikan pelayanan sosial bagi anak yatim-piatu, yatim, piatu, dan anak keluarga tidak mampu serta terlantar.

“Berdasarkan Pergub [Peraturan Gubernur] Jawa Tengah Nomor 50 Tahun 2008 mempunyai Satker [Satuan Kerja] Panti Asuhan Pamardi Siwi Sragen dan Panti Asuhan Esti Tomo Wonogiri. Sesuai dengan Pergub Nomor 111 Tahun 2010 berubah menjadi Balai Rehabilitasi Sosial Pamardi Utomo Boyolali,” jelasnya.

Baca juga: Catat! Daftar Hotel di Boyolali yang Masih Kosong untuk Muktamar Muhammadiyah

Kemudian, melalui Pergub Nomor 53 Tahun 2015 berubah nama lagi menjadi Balai Pelayanan Asuhan Anak Pamardi Utomo Boyolali. Perubahan nama juga terjadi lewat Pergub Nomor 63 Tahun 2016 menjadi Sasana Pelayanan Sosial Anak Pamardi Utomo Boyolali.

“Terakhir lewat Pergub Jawa Tengah Nomor 31 Tahun 2018 berubah nama menjadi Panti Pelayanan Sosial Anak Pamardi Utomo Boyolali tetap pada penanganan anak-anak terlantar,” kata dia saat ditanya soal bangunan yang diduga sebagai gedung hotel pertama di Boyolali itu.







Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya