SOLOPOS.COM - Warga saat melewati kantor Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, Rabu (12/10/2022). Penamaan sepuran dikarenakan awalnya daerah tersebut terdapat stasiun persinggahan kereta. (Solopos.com/Ni’matul Faizah).

Solopos.com, BOYOLALIAsale Kelurahan Siswodipuran, Kecamatan Boyolali, Kabupaten Boyolali, tak lepas dari sebuah stasiun kereta uap di daerah tersebut.

Area sekitar stasiun kereta uap tersebut kemudian secara mulut ke mulut dinamai masyarakat dengan nama Kampung Sepuran lalu menjadi Kelurahan Siswodipuran.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Lurah Siswodipuran, Edi Pudjijanto, mengatakan penamaan awal Siswodipuran dari Sepuran tersebut tak lepas dari masa pemerintahan Belanda di Indonesia.

“Dulu ada semacam trem, itu semacam kereta uap yang jarak cakupannya tidak terlalu besar. Hanya dari Solo sampai Kartasura. Kemudian ada perpanjangan jalur sampai Boyolali. Nah, salah satu stasiun persinggahan ada di Siswodipuran,” jelasnya saat dijumpai Solopos.com di kantornya, Rabu (12/10/2022).

Lebih lanjut, Edi mengungkapkan dari cerita-cerita warga, diyakini stasiun persinggahan tersebut sekarang menjadi Gedung Panti Marhaen.

Baca juga: ASAL ASUL : Asale: Mata Air yang Ditutup dengan Kepala Kambing

Saat disinggung mengenai kapan terjadi perubahan nama area stasiun menjadi Kampung Sepuran lalu menjadi Siswodipuran, Edi mengatakan tidak ada catatan tertulis tentang hal tersebut.

“Tapi nama Sepuran itu sudah aja sejak saya kecil, sekitar tahun 1970-an namanya sudah Kampung Sepuran,” jelasnya.

Edi mengingat betul, waktu ia kecil dan bermain di rumah saudaranya yang berada di Kampung Sepuran, dirinya masih mendapati sebuah bangunan yang hanya tinggal tembok belakang.

Walau tidak berbentuk, Edi menceritakan relnya masih ada saat dia kecil. Namun, seiring waktu berjalan, jelas Edi, rel-rel besi tersebut digunakan warga untuk membangun jembatan dan juga terkubur dijadikan jalan.

Untuk kronologi waktu, dirinya menyebutkan kereta uap masih ada untuk mengangkut massa sekitar tahun 1800-an hingga 1900-an.

Baca juga: Perawatan Kereta Uap Jaladara Jelang Beroperasi pada Libur Lebaran

Setelah itu, kereta digunakan untuk mengangkut hasil tebu dari Boyolali. Edi menjelaskan, pada saat itu pemerintah memiliki program pemerintah yang mengatur untuk menanam tebu. Sehingga, kereta yang ada digunakan untuk mengangkut tebu-tebu di Boyolali.

Edi menyebutkan dulu area Polres Boyolali dan sekitarnya juga merupakan daerah penanaman tebu. Selanjutnya, program tersebut tidak ada. Kemudian sekitar tahun 1970-an jalur rel kereta sudah ditutup.

“Disamping sudah tidak bisa dimanfaatkan, waktu itu penumpang juga sudah sepi. Sudah kalah dengan angkutan umum yang sudah mulai beroperasi rentang Kartasura ke Boyolali atau sebaliknya,” jelasnya.

Sementara itu, salah satu warga Siswodipuran, Emma Emilia, 46, mengaku sudah tinggal sejak 2002 di kelurahan tersebut. Emma menjelaskan saat tinggal di rumahnya tersebut sudah bernama Kelurahan Siswodipuran, bukan Kampung Sepuran.

Baca juga: FOTO WISATA SEMARANG : Eksotisnya Rel Bergerigi di Ambarawa

“Saya warga sini tapi enggak tahu sejarah Siswodipuran. Dulu pertama kali datang ke Siswodipuran, di sini masih sepi karena termasuk kota tapi paling pinggir. Baru setelah kantor kabupaten pindah ke Kemiri dan ditambah alun-alun, sekarang menjadi ramai,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya