SOLOPOS.COM - Ketua PCNU Mashuri bersama kader NU membersihkan Taman Pemakaman Umum (TPU) Bonoloyo di Kecamatan Banjarsari, Solo, Minggu (25/2/2024) pagi. Kegiatan itu dilakukan supaya warga yang menjalankan tradisi sadranan menjelang Ramadan nyaman. (Solopos.com/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO– Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Solo membersihkan lima tempat permakaman umum (TPU) menjelang Ramadan, Minggu (25/2/2024). Kegiatan itu dilakukan supaya para peziarah nyaman menjalankan tradisi sadranan.

Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) Kota Solo H.M. Mashuri menjelaskan PCNU Kota Solo, Lembaga Penanggulangan Bencana dan Iklim NU Solo, dan warga setempat membersihkan lima TPU.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Lima TPU itu tersebar di lima kecamatan, yakni Kyai Ageng Henis di Kecamatan Laweyan, Makam Gabudan di Kecamatan Pasar Kliwon, Makam Dewekan di Kecamatan Serengan, TPU Untoroloyo di Kecamatan Jebres, dan TPU Bonoloyo di Kecamatan Banjarsari.

“Kami membersihkan lima lokasi makam menjelang Ramadan. Harapan kami kegiatan ini membuat makam bersih untuk peziarah. Mereka bisa nyaman dan khusyuk berdoa, mendoakan orang tuanya,” jelas dia kepada Solopos.com, Minggu (25/2/2024).

Menurut dia, ada hampir 50 orang yang terlibat di setiap makam di masing-masing kecamatan. Tim PCNU yang keliling di lima kecamatan ada 20 orang. PCNU melibatkan pengurus Majelis Wakil Cabang Nahdhatul Ulama (MWCNU) dan ranting NU.

“Ini baru kami adakan, biasanya sadranan, namun sekarang membersihkan dulu supaya warga umum maupun peziarah menjalankan ritual dengan kondisi makam bersih. Insya Allah kami agendakan menjadi kegiatan tahunan sebelum Ruwah bergerak, Ruwah tinggal ritual sadranan masyarakat akan mendoakan,” ujar dia.

Mashuri mengatakan sudah banyak warga Kota Solo maupun luar kota yang melakukan ziarah, Minggu pagi. Mereka menggunakan sepeda motor, mobil, dan secara rombongan dengan bus.

“Tadi ramai banget, kami barengan dengan rombongan peziarah. Kyai Ageng Henis ada satu bus. Yang luar kota dari Karanganyar, yang dalam kota tadi motoran dan mobilan,” ungkap dia.

Adapun sadranan merupakan tradisi masyarakat Indonesia khususnya di Jawa setiap Sya’ban atau Ruwah dalam penanggalan Jawa. Dalam tradisi sadranan, masyarakat akan mengirim doa kepada para leluhur sebagai cara menyambung tali rasa antara anak cucu kepada para leluhurnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya