Soloraya
Rabu, 15 Maret 2023 - 15:34 WIB

Jembatan Evakuasi Tak Layak, 1.000 Jiwa di Lereng Merapi Boyolali Terancam

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kondisi jembatan gantung evakuasi darurat di Dukuh Takeran, Tlogolele, Selo, Boyolali, Rabu (15/3/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Pembangunan jembatan evakuasi permanen yang menghubungkan dua dukuh terdekat puncak Gunung Merapi yakni Stabelan dan Takeran ke Dukuh Belang di Tlogolele, Selo, Boyolali, mendesak dibangun.

Saat ini, satu-satunya akses antardukuh itu adalah jembatan gantung darurat Takeran yang dibangun pascaerupsi Gunung Merapi pada 2010. Jika jembatan gantung itu rusak atau terjadi kepadatan saat situasi darurat, kurang lebih 1.000 jiwa di dua dukuh itu terancam.

Advertisement

Saat Solopos.com menyambangi jembatan gantung darurat tersebut, Rabu (15/3/2023), jembatan gantung itu cukup sempit. Jika ada mobil lewat, sepeda motor dari arah sebaliknya harus berhenti dan bergantian untuk melewati jembatan.

Tak hanya itu, ada tikungan tajam yang kurang terlihat pandangan mata saat berkendara sehingga dibutuhkan kehati-hatian saat lewat jembatan gantung evakuasi warga lereng Merapi di Tlogolele, Boyolali, itu.

Advertisement

Tak hanya itu, ada tikungan tajam yang kurang terlihat pandangan mata saat berkendara sehingga dibutuhkan kehati-hatian saat lewat jembatan gantung evakuasi warga lereng Merapi di Tlogolele, Boyolali, itu.

Kepala Dusun (Kadus) Stabelan, Tlogolele, Maryanto, mengungkapkan jembatan dibangun sekitar 2011. Ia mengungkapkan seharusnya umur jembatan tersebut hanya lima-enam tahun.

“Ini sudah berapa tahun dari 2011? Sudah lebih dari lima tahun kan. Jadi memang jembatan evakuasi permanen urgen dibangun,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya, Rabu (15/3/2023).

Advertisement

Dusun Terdekat Puncak Merapi

“Kan sangat bahaya, semisal ada erupsi dan ada kendaraan yang mau naik ke Stabelan dan ada yang turun, terjebak di situ, itu sangat bahaya. Makanya jembatan permanen itu urgen dibangun,” jelasnya.

Senada, Kepala Desa Tlogolele, Selo Boyolali, Sungadi, mengungkapkan jika satu-satunya akses jembatan gantung darurat tersebut rusak, dua dukuh yaitu Stabelan dan Takeran bisa terisolasi.

Ngadi mengungkapkan ada hampir 1.000 jiwa yang tinggal di dua dukuh tersebut. Sebanyak 164 keluarga tinggal di Dukuh Takeran dan 146 keluarga di Dukuh Stabelan.

Advertisement

Dukuh Stabelan, sebutnya, menjadi dusun terdekat dengan puncak Merapi dengan jarak sekitar tiga kilometer. “Itu yang menjadi beban pikiran kami, seandainya Merapi erupsi seperti tahun 2010 yang menjadi kendala evakuasi warga, harta benda, termasuk ternak ya di jembatan itu. Itu kan turunannya curam dan posisi kurang memadai, mobil besar juga tidak bisa masuk,” ujarnya.

Ngadi mengatakan lebar jembatan gantung darurat untuk evakuasi warga lereng Merapi di Tlogolele, Boyolali, tersebut hanya dua meter dengan panjang hampir 40 meter. Kondisinya pun setelah 12 tahun dibangun juga sudah rusak dan tidak layak.

Karenanya, ia menegaskan jembatan evakuasi permanen di Tlogolele sangat urgen dibangun. Ngadi mengungkapkan jembatan gantung darurat tersebut dibangun pascaerupsi Gunung Merapi 2010.

Advertisement

Sebelumnya telah ada jembatan penghubung dua dusun dengan dusun di bawahnya, akan tetapi jembatan itu hanyut terbawa lahar hujan Gunung Merapi.

Saat ini jembatan gantung darurat tersebut tak hanya menjadi jembatan evakuasi ketika terjadi bencana Gunung Merapi, tapi juga sebagai akses ekonomi dan pendidikan warga saat situasi normal.

Akses Ekonomi dan Pendidikan

“Jadi itu satu-satunya akses evakuasi, akses orang jual sayuran dan ekonomi, sama akses anak-anak sekolah. Makanya jembatan baru urgen dibangun,” ujarnya.

Ngadi mengatakan Pemdes Tlogolele juga telah menyiapkan lahan yang layak jika sewaktu-waktu permohonan pembangunan jembatan evakuasi permanen bagi warga di lereng Merapi Boyolali itu disetujui.

Lokasinya tak jauh dari jembatan gantung darurat, hanya berjarak sekitar 100 meter. “Mudah-mudahan dari dinas terkait bisa segera merealisasikan terkait jembatan evakuasi permanen. Sebelumnya kan hanya jembatan darurat,” kata dia.

Sementara itu, salah satu warga Takeran, Irfan Edy, 25, berharap jembatan penghubung dusunnya dengan Dusun Belang bisa segera dibangun. Ia mengingat betul jembatan tersebut dibangun pascaerupsi Merapi 2010. Menurutnya, batas umur jembatan tersebut hanya lima tahun.

“Sampai saat ini belum ada pembangunan jembatan permanen. Jadi sangat mengkhawatirkan jika sewaktu-waktu erupsi. Ada potensi [arus masyarakat] yang tumpuk di situ semisal erupsi,” ujarnya.

Sebelumnya diberitakan, Pemkab melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali mengajukan proposal kepada pemerintah pusat untuk pembuatan jembatan evakuasi di Kawasan Rawan Bencana (KRB) III Gunung Merapi.

Proposal pembangunan jembatan tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan survei kelayakan proposal oleh Satker Perencanaan dan Pengawasan Jalan Nasional (P2JN) Jawa Tengah pada Kamis (18/8/2022). Survei dilakukan di Dusun Takeran, Desa Tlogolele, Kecamatan Selo, Boyolali.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif