SOLOPOS.COM - JEMBATAN DARURAT -- Jembatan darurat dari bambu terlihat terpasang di atas jembatan lama di Dusun Kalitengah yang roboh akibat banjir dua tahun lalu. (JIBI/SOLOPOS/Trianto Heri Suryono)

Wonogiri (Solopos.com) – Masyarakat di Dusun Karangtengah, Desa Widoro, Kecamatan Sidoharjo, Wonogiri berswadaya membangun jembatan darurat dari anyaman bambu atau sesek akibat jembatan antardesa di wilayah mereka ambrol diterjang banjir pada bencana alam 2009. Meski sudah dua tahun berlalu, namun hingga kini jembatan yang rusak itu belum juga diperbaiki Pemkab Wonogiri.

JEMBATAN DARURAT -- Jembatan darurat dari bambu terlihat terpasang di atas jembatan lama di Dusun Kalitengah yang roboh akibat banjir dua tahun lalu. (JIBI/SOLOPOS/Trianto Heri Suryono)

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Kini jembatan darurat yang dibuat warga cukup membantu mobilitas warga, meski kendaraan bermotor yang bisa melintasinya hanya sepeda motor. Apalagi di seberang jembatan terdapat bangunan SMPN 3 Sidoharjo. Kerusakan jembatan itu sudah disurvey oleh petugas Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Wonogiri. Kebutuhan anggaran untuk merenovasi jembatan yang menghubungkan Desa Widoro dengan Desa Kebonagung itu senilai Rp 200 juta hingga Rp 300 juta. Pernyataan itu disampaikan Kepala Desa Widoro, Katino dan Kades Widoro, Supriyono, saat ditemui Espos, akhir pekan ini.

Menurut Katino, volume jembatan dengan panjang 12 meter, lebar 6 meter dan tinggi sekitar 5 meter. Lebih lanjut dijelaskannya, kerusakan jembatan belum parah saat diterjang air bah pada 2009. “Jembatan dibangun secara swadaya murni warga pada 1990 dan belum pernah direhab. Kerusakan jembatan awalnya tidak begitu parah. Saat itu, diestimasi kebutuhan dana senilai Rp 125 juta namun seiring pergantian tahun dan musim hujan kerusakan semakin parah dan memutus separuh jembatan. Anggaran pun membeludak senilai Rp 200 juta hingga Rp 250 juta.”

Ditambahkan oleh Supriyono, warga sengaja membuat jembatan sesek agar bisa dimanfaatkan oleh anak sekolah. “Banyak warga Widoro yang bersekolah di seberang jembatan (SMPN 3 Sidoharjo) sehingga warga berinisiatif membangun jembatan sesek. Harapannya, jembatan sesek bisa dipergunakan pejalan kaki ataupun pengendara motor sebab jika harus menggunakan jalan alternatif cukup jauh. Selisih jarak jika melintas Desa Kebonagung sekitar 7 km,” jelasnya.

Berdasar pengamatan Espos di lokasi, praktis kendaraan roda empat tidak bisa melintas di ruas jalur tersebut. Lapisan tanah di atas jembatan hanya tersisa sekitar 50 cm sementara jembatan sesek selebar satu meter. Lubang menganganga cukup besar terkihat di sisi timur jembatan. Karenanya jembatan itu tidak bisa dipakai untuk bersimpangan.

Camat Sidoharjo, Supardi berharap jembatan tersebut segera diperbaik agar arus transportasi ekonomi di dua desa bisa pulih. Mantan Camat Manyaran ini menyebutkan aliran air dari Kali Clerek yang mengalir di bawah jembatan bermuara di Sungai Keduwang dan mengisi Waduk Gajah Mungkur (WGM). “Kami pun sudah dua kali mengusulkan perbaikan jembatan. Semestinya kerusakan akibat bencana alam mendapat prioritas namun kenyataannya sudah dua tahun belum ditangani. Kasihan anak sekolah,” katanya.

tus

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya