Soloraya
Selasa, 7 Desember 2021 - 12:31 WIB

Jembatan Terpanjang di Jateng Jadi Proyek Jangka Panjang DPUPR Sragen

Tri Rahayu  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Petugas meninjau lokasi jembatan sepanjang 600 meter melintasi Waduk Kedung Ombo atau WKO yang akan dibangun untuk menghubungkan dua desa terpencil, yakni Gilirejo dan Gilirejo Baru, Kecamatan Miri, Sragen. Foto diambil belum lama ini. (Istimewa)

Solopos.com, SRAGEN – Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR) Sragen sudah merampungkan pembebasan lahan seluas 5.000 meter persegi yang berada di wilayah Desa Gilirejo (lama) dan Desa Gilirejo Baru, Kecamatan Miri, Sragen. Pembebasan lahan yang digunakan untuk membangun jembatan sepanjang 600 meter dengan lebar 6 meter yang menghubungkan Gilirejo dan Gilirejo Baru di Kecamatan Miri, Sragen, menghabiskan dana Rp900 juta.

Penjelasan itu disampaikan Kepala DPUPR Sragen Marija saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa (7/12/2021). Marija menjelaskan detial engineering design (DED) sudah selesai di 2020. Pembangunan jembatan itu, kata dia, dalam jangka panjang karena membutuhkan dana besar.

Advertisement

Baca Juga: Dibangun di Sragen, Jembatan Terpanjang di Jateng Telan Rp75 Miliar

Dia menerangkan pertama feasibility study (FS) sudah selesai dan dilanjutkan pembebasan lahan. Dia mengatakan pada Senin (6/12/2021) DPUPR sudah datang ke Gilirejo Baru dan proses pembebasan lahan sudah selesai.

“Lahan yang dibebaskan 5.000 meter persegi yang ada di Gilirejo dan Gilirejo Baru. Lahan yang paling banyak dibebaskan di wilayah Desa Gilirejo. Jembatannya memanjang dan melintang di atas perairang WKO [Waduk Kedung Ombo]. Di tengah waduk itu ada pulau kecil di tengahnya. Panjang 600 meter itu tidak termasuk wilayah sabuk hijau di wilayah Gilirejo dan Gilirejo Baru. Di wilayah sabuk hijau itu nanti dibuat jembatan kaki seribu,” jelasnya.

Advertisement

Marija menerangkan pada 2022 hanya pemeliharaan rutin saja untuk jalan penghubung ke lokasi jembatan. Dia melanjutkan pada 2023 mulai dilakukan pelebaran jalan mulai dari Desa Bagor sampai Gilirejo lama karena jalan sekarang lebarnya hanya 3 meter.

Baca Juga: Sejarah 2 Desa di Sragen yang Landasi Proyek Jembatan Terpanjang Jateng

“Dalam pengembangannya kawasan Gilirejo, Gilirejo Baru, Bagor, dan desa lainnya hingga ke Gunung Kemukus menjadi kawasan agropolitan. Penataan ruang agropolitan itu dilakukan mengingat wilayah tersebut tidak memungkinkan untuk tanaman padi tetapi lebih cocok ke tanaman buah-buahan. Namun dalam pengembangan tanaman buahnya perlu ada penambahan unsur NPK [nitrogen, fosfor, dan kalium] pada tanahnya supaya buahnya manis,” jelas Marija.

Advertisement

Marija menjelaskan seperti tanaman buah mangga itu ditanam di kawasan itu subur tetapi rasanya kecut karena hanya unsur hara saja sedangkan unsuk NPK kurang. Dia menerangkan selain pengembangan buah-buahan, kawasan itu bisa dikembangkan untuk pengembangan ternak sapi, kambing, dan ayam, serta pengembangan keramba ikan air tawar.

“Pengembangan bisa terpadu. Kotoran hewannya bisa untuk pupuk buah-buahan. Airnya bisa diambilkan dari WKO,” ujarnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif