SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Dok)

 Petani tembakau dari Kecamatan Selo, Boyolali,  Selasa (3/9/2013), menyewa Lapangan Teras untuk menjemur hasil panen. Mereka rela menempuh jarak puluhan kilometer dan menyewa lahan demi memaksimalkan kualitas hasil panen tembakau. (Oriza Vilosa/JIBI/Solopos)


Petani tembakau dari Kecamatan Selo, Boyolali, Selasa (3/9/2013), menyewa Lapangan Teras untuk menjemur hasil panen. Mereka rela menempuh jarak puluhan kilometer dan menyewa lahan demi memaksimalkan kualitas hasil panen tembakau. (Oriza Vilosa/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI –– Sejumlah petani tembakau Kecamatan Selo, Boyolali terpaksa turun gunung memburu tempat menjemur hasil panen.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Lantaran kesulitan memperoleh panas matahari cukup, mereka rela menempuh puluhan kilometer dan menyewa lapangan. Hal itu seperti terlihat di Lapangan Kecamatan Teras, Boyolali, Selasa (3/9/2013. Sejumlah petani dari berbagai desa di Kecamatan Selo, menyewa lokasi itu guna menjemur termakau rajangan.

“Di atas [kawasan Selo atau lereng Gunung Merapi dan Gunung Merbabu] cuaca berawan. Menjemur tembakau tak mudah, harus sekali kering jika tidak ya tak laku,” kata salah satu petani, Triyono, 30, warga Sepandan, Desa/Kecamatan Selo, saat ditemui Solopos.com.

Dia mengatakan tak hanya Lapangan Teras yang diburu warga sebagai tempat menjemur demi hasil panen petani di wilayahnya. Dia rela menyewa lahan lapangan Rp15.000 untuk menjemur satu paket tembakau atau sekitar satu mobil bak terbuka. ”Nyaris setiap lapangan yang boleh dipakai dan disewa.”

Petani lainnya, Purwanto, 40, warga Desa Senden, menerangkan jarak tempuh rumahnya hingga ke lokasi penjemuran itu setidaknya 20 kilometer. Praktis hal itu membuat petani menambah ongkos produksi. “Untuk mobil saja rata-rata butuh Rp300.000, upah tenaga kerja dan untuk logistik, ya jadi Rp500.000,” tukasnya.

Cipto Teguh, 53, petani dari Selo lainnya, mengatakan ongkos produksi karena harus mengungsi menjemur tembakau sama dengan bertambah 50 persen. “Katakanlah operasional jika panas di atas [Selo] cukup butuh Rp1 juta ya ini Rp1,5 juta, artinya jadi bertambah 50 persen kan,” tandasnya.

Bagi Cipto, tak menjadi masalah selama petani masih bisa menemui lapak untuk menjemur. Sebab, menunda tembakau dijemur dikatakannya sama halnya membiarkan hasil panen rusak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya