Soloraya
Jumat, 6 Januari 2023 - 13:04 WIB

Jenazah Sipon Dimakamkan, Adik Wiji Thukul Tegaskan Perjuangan Belum Berakhir

Gigih Windar Pratama  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Peti jenazah Siti Dyah Sujirah alias Sipon, istri Wiji Thukul, dibawa dari rumah duka di Jagalan, Jebres, Solo, menuju permakaman, Jumat (6/1/2023). (Solopos/Gigih Windar Pratama)

Solopos.com, SOLO — Istri penyair dan aktivis Wiji Thukul, Siti Dyah Sujirah yang akrab disapa Sipon atau Mbak Pon, dimakamkan, Jumat (6/1/2023). Jenazah Sipon dibawa dari rumah duka di RT 001/RW 014 Kelurahan Jagalan, Jebres, Solo, pukul 10.00 WIB.

Jenazah Sipon dibawa oleh warga sekitar dan kerabat menuju peristirahatan terakhirnya di Astana Purwoloyo, Pucangsawit, Jebres, Solo. Turut pula hadir anak Sipon yakni Fitri Nganthi Wani dan Fajar Merah, beserta cucunya, Sava Azali Ratu Anjani.

Advertisement

Adik Wiji Thukul, Wahyu Susilo, yang hadir dalam pemakaman Sipon menilai Sipon bukan hanya istri seorang aktivis tetapi juga aktivis yang setia menunggu kepulangan dan kabar dari sang suami, Wiji Thukul.

“Mbak Sipon adalah perempuan yang teguh, hampir 25 tahun menanti keadilan dan kepulangan Mas Thukul. Hingga akhir hayatnya ia tidak menyerah, dia bukan istri aktivis tetapi juga merupakan aktivis,” urai Wahyu saat diwawacarai wartawan, Jumat.

Wahyu menjelaskan dalam puisi Wiji Thukul berjudul Para Jenderal Marah-Marah dijelaskan bagaimana sang istri, Sipon, menganalisis bahwa Thukul mestinya harus bersembunyi. “Ini adalah bukti bahwa Mbak Pon itu lebih dari seorang aktivis,” ujarnya mengenai sosok Sipon istri Wiji Thukul yang dimakamkan hari itu.

Advertisement

Wahyu berharap meskipun Sipon sudah tidak ada, semangat memperjuangkan Hak Asasi Manusia (HAM) di Indonesia masih terus berlanjut. Ia juga yakin dua anak Sipon akan terus melanjutkan perjuangan sang ibu.

Sertifikat Orang Hilang

“Harapannya, meski Mbak Pon sudah enggak ada, semangat untuk mencari kepastian nasib Wiji Thukul dan orang-orang hilang masih terus dilanjutkan. Mungkin pemerintah bisa mengedepankan kebutuhan korban yang menanti keadilan dari proses penegakan HAM. Saya kira Wani dan Fajar akan melanjutkan perjuangan Mbak Sipon,” tegas Wahyu.

Salah satu bukti Sipon adalah aktivis, menurut Wahyu, adalah saat Sipon mendorong Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) menerbitkan sertifikat orang hilang.

Advertisement

Menurut Wahyu, Mbak Pon juga menjadi inisiator dari keluarga korban untuk mencari kepastian orang hilang. Sipon aktif  di Ikatan Keluarga Orang Hilang Indonesia (IKOHI) dan mendorong Komnas HAM menerbitkan sertifikat untuk orang-orang hilang.

“Banyak dari keluarga korban orang-orang yang hilang ini kesulitan mengurus dokumen karena ketidakjelasan nasib orang tua atau kerabat. Mbak Pon ini yang mendorong adanya sertifikat tersebut dan menjadi preseden bagi korban-korban yang lain,” urai Wahyu.

Diberitakan sebelumnya, Siti Dyah Sujirah alias Sipon meninggal dunia akibat serangan jantung, Kamis (5/1/2023). Sebelum meninggal, Sipon sempat dirawat di RS Hermina Solo.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif