Soloraya
Selasa, 18 Februari 2020 - 11:46 WIB

Joko Paloma Santosa: Terjun ke Politik Biar Bisa Bermanfaat Bagi Sesama

R Bony Eko Wicaksono  /  Ginanjar Saputra  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Joko Paloma Santosa (kiri). (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Perjalanan hidup Joko "Paloma" Santosa untuk mencapai titik kesuksesan tak selalu berjalan mulus. Pimpinan Paloma Group yang bergerak di bidang properti itu membangun bisnis dari nol.

Suami Nurohmah Prasetyo Utami tersebut harus jatuh bangun demi mengembangkan lini usahanya.

Advertisement

Kini, pria yang dibesarkan di Desa Gumpang, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (Jateng) itu menjadi bakal calon bupati (cabup) dari Partai Gerindra dalam pemilihan kepala daerah (Pilkada) Sukoharjo.

Sebelumnya, Joko telah memulai karier politiknya sebagai anggota DPRD Kabupaten Sukoharjo.

Latah Belakang Kehidupan

Advertisement

Joko mengaku memiliki pengalaman pahit saat masih kecil. "Ayah saya petani. Untuk mendapatkan uang saku, saya harus membantu mengolah sawah setelah pulang sekolah. Terus terang, saat itu kehidupan saya serba terbatas," ujarnya.

Meski demikian, ia rela melakukan segala hal demi keluarga. Masa kecil Joko yang dihabiskan di wilayah Kartasura, dari SD hingga SMA. Joko beralasan tak ingin sekolah jauh dari rumah agar lebih mudah mencapainya.

"Alhamdulillah, saya bisa merampungkan studi sarjana dan pascasarjana di Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)," terangnya.

Karier

Advertisement

Joko Paloma memulai karier sebagai guru wiyata bakti di SDN Pabelan Kartasura. "Saya juga sempat menjadi karyawan pabrik tekstil pada awal 2000. Selama hampir tujuh tahun saya bekerja di pabrik. Saat itu, saya belum berpikir akan berwirausaha karena masih terikat pekerjaan dengan perusahaan," beber Joko.

Ia mengaku jiwa wiraswastanya muncul setelah mengundurkan diri sebagai karyawan pabrik. "Saya merintis usaha kecil-kecilan dengan berjualan aksesoris wanita seperti jepit rambut, bros jilbab dan sebagainya di sekitar Stadion Manahan, Solo," tuturnya.

Ia mengaku pernah merasakan menjadi pedagang kaki lima yang berdagang di pinggir jalan. Modal awal ia ambil dari pesangon yang diberikan pabrik.

"Istri saya ikut membantu berjualan di pinggir jalan. Mengapa harus malu dan gengsi berjualan aksesori wanita," lanjut Joko.

Advertisement

Usahanya kemudian berkembang setelah banyak pengecer aksesori wanita yang mengkulak barang darinya. Joko lantas menyewa kios di sekitar Stasiun Gawok, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo.

"Jumlah pelanggan berlipat ganda setiap hari. Jumlah kios ditambah menjadi lima kios termasuk di Karanganyar," ungkapnya

Bisnis Properti

Setelah bertahun-tahun berbisnis aksesoris wanita, Joko mulai melirik usaha lainnya, yakni sebagai pengembang perumahan. Prospek bisnis properti di Soloraya cukup menjanjikan menurut Joko.

Advertisement

"Masyarakat membeli rumah tak sekadar berfungsi sebagai hunian namun investasi bernilai tinggi. Harga properti tidak akan turun drastis justru bisa melonjak signifikan jika lokasinya cukup strategis," ujar Joko.

Kini, Joko "Paloma" Santosa juga aktif di organisasi Real Estate Indonesia (REI) Soloraya. Ia menjabat sebagai Wakil Ketua REI Soloraya.

Politik

Joko rela terjun ke dunia karena merasa hidupnya sudah bermanfaat untuk keluarganya. Ia mengaku bermanfaat juga bagi orang lain, terutama masyarakat Sukoharjo, dengan terjun ke politik.

"Saya ingin menyumbangkan gagasan, ide dan tenaga untuk mereka. Hal itu bisa terealisasi jika saya menjadi kepala daerah. Saya ingin menggeber beragam program kegiatan yang berimplilasi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat," ucap Joko.

Joko Paloma mengaku ingin mengakomodasi para pengangguran di usia produktif atau karyawan yang baru saja diberhentikan untuk berwiraswasta.

Advertisement

Program

Selain mewujudkan masyarakat mandiri, Joko menegaskan ingin membawa perubahan di berbagai aspek kehidupan, baik pembangunan fisik maupun psikis.

"Saya ingin mewujudkan masyarakat berakhlak mulia dan budi pekerti tinggi. Berbagai program nasional seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS), dana desa, program keluarga harapan (PKH) tetap berjalan beriringan dengan program pemerintah daerah. Misalnya, setiap ketua rukun tetangga (RT) bakal menerima dana operasional kegiatan senilai Rp30 juta per tahun," ungkapnya.

Dana itu, menurut Joko. bisa digunakan untuk memberdayakan warga dalam membangun ekonomi mandiri.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif