SOLOPOS.COM - Belasan remaja asal Indramayu yang diduga korban penipuan tenaga kerja telantar dan ditampung di Mapolsek, Banyudono, Boyolali, Selasa (16/5/2017). (Aries Susanto/JIBI/Solopos)

Sebanyak 19 ABG asal Indramayu yang telantar di Boyolali akhirnya bisa pulang setelah jual ponsel.

Solopos.com, BOYOLALI — Sebanyak 19 anak baru gede (ABG) asal Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, yang telantar di Banyudono, Boyolali, akhirnya bisa pulang ke daerah asal mereka.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mereka pulang setelah menjual telepon seluler (ponsel) masing-masing untuk biaya perjalanan. Camat Banyudono, Rita Puspitasari, mengatakan pemulangan anak-anak yang diduga menjadi korban penipuan tenaga kerja itu dilakukan Selasa (16/5/2017) sore.

Mereka pulang dengan biaya sendiri-sendiri setelah menjual ponsel. “Dari pemerintah kecamatan dan dinas terkait tak ada bantuan untuk pemulangan mereka. Jadi, mereka menjual HP,” ujar Rita saat dimintai konfirmasi Solopos.com, Rabu (17/5/2017).

Namun, Rita mengaku tak tahu lebih jauh nasib anak-anak itu. Dia juga tak tahu masalah yang sebenarnya membelit anak-anak lulusan SMK dan sebagian lulusan SMP itu. “Wah, masalah persisnya saya kurang tahu. Kepolisian yang menangani,” ujarnya.

Sementara itu, Kapolsek Banyudono, AKP Suradi, menjelaskan anak-anak itu dipulangkan naik bus. Suradi tak menjelaskan dari mana biaya pemulangan anak-anak itu. “Yang jelas, anak-anak itu sudah kami pulangkan ke Indramayu. Karena enggak ada biaya, ya kami bantu ala kadarnya,” ujarnya tanpa menyebut berapa biayanya dan lokasi awal pemulangan mereka.

Saat ditanya keberadaan ponsel milik ABG yang sempat disita polisi, Suradi mengaku telah mengembalikannya. Namun, ia tak tahu apakah anak-anak itu menjual ponsel mereka untuk biaya pulang ke Indramayu.

“Yang jelas, HP mereka sudah kami kembalikan. Lalu kami meminta mereka segera pulang,” ujarnya.

Suradi menilai anak-anak itu adalah korban penipuan oleh penyalur tenaga kerja di daerah asal mereka. Ketika tiba di Banyudono dan menempati rumah indekos dalam jumlah yang melebihi kapasitas, jelas dia, di situlah problem muncul.

Alhasil, anak-anak itu diminta pergi dari tempat penginapan oleh warga lantaran dianggap bikin gaduh. “Yang mestinya harus bertanggung jawab itu ya agen yang bermodus sebagai penyalur tenaga kerja itu,” terangnya.

Sementara itu, menurut pengakuan anak-anak itu, mereka sempat dituduh mencuri ponsel milik seseorang tak dikenal. Dari situlah, mereka menjadi bulan-bulanan orang-orang luar dan dipukuli. Mereka lantas dibawa ke Mapolsek Banyudono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya