SOLOPOS.COM - Ilustrasi rumah subsidi. (Solopos.com/Galih Aprilia Wibowo).

Solopos.com, SRAGEN — Jualan rumah subsidi di Sragen seperti jualan kacang goreng karena cepat laku. Animo warga Sragen membeli rumah bersubsidi cukup tinggi didukung dengan harganya yang relatif terjangkau yakni Rp155 juta per unit.

Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Sragen, Syaifudin, kepada Solopos.com, Selasa (30/1/2024), mengatakan animo masyarakat untuk beli rumah subsidi banyak asalkan bahan bangunannya tidak asal-asalan. Menurutnya banderol Rp155 juta/unit, menurutnya, murah untuk sebuah rumah subsidi.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Di Sragen ada sekitar 30 pengembang properti yang bermain di sektor perumahan. Mereka tergabung dalam Asosiasi Pengusaha Properti Sragen (APPS). Syaifudin merupakan salah satu anggotanya.

Dia menjelaskan pembeli rumah subsidi seharga Rp155 juta itu akan dapat rumah dengan luas lahan 6 meter x 10 meter dan luas bangunan 6 meter x 9 meter. “Peminatnya rata-rata dari kalangan pegawai swasta dan karyawan pabrik. Pada 2023 lalu saya bisa menjual 100 unit. Kebetulan lokasinya dekat kota dan di area Kecamatan Sragen, Kecamatan Sidoharjo yang dekat exit tol dan Kecamatan Karangmalang,” ujarnya.

Syaifudin mengungkapkan tidak ada kuota khusus bagi pengembang perumahan bersubsidi untuk membangun, yang terpenting harga tanah terjangkau. Asalkan pengembang dapat tanah sesuai zona kuning menurut Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman, Pertanahan, dan Tata Ruang (Disperkimtaru) maka bebas dibangun perumahan subsidi dan nonsubsidi.

“Yang sulit adalah syarat rumah subsidi lebih ribet dan berlapis daripada rumah nonsubsidi. Syarat diajukan ke Disperkimtaru Sragen. Asalkan syarat terpenuhi, dari dinas biasanya dipermudah dan cepat. Syarat dari dinas itu normatif, lebih sulit di lapangan karena harus mencari lahan zona kuning dengan harga yang masih diperhitungkan untuk pembangunan rumah subsidi,” ujarnya.

Mendapatkan lahan dengan harga terjangkau di wilayah kota menjadi tantangan bagi pengembang. Syaifudin mencontohkan lahan sawah seluas 1 patok atau 3.500 meter persegi kini harganya di atas Rp1 miliar. Dengan begitu di lahan tersebut tidak semuanya dibangun rumah subsidi, ada juga yang nonsubsidi biar masuk secara anggaran.

“Bila berorientasi pada bisnis rumah subsidi maka harus dapat lahan dengan harga Rp500.000 per meter persegi. Kalau harganya di atas Rp500.000 maka harus selang-seling, sebagian subsidi sebagian nonsubsidi,” ujarnya.

Kabid Perumahan Disperkimtaru Sragen, Endah Ambarwati, mengatakan sepanjang 2023 ada 1.126 unit rumah subsidi baru di Sragen. Data itu didasarkan pada pengajuan site plan ke Disperkimtaru Sragen. Sementara jumlah pengembang ada 24 pengusaha.

“Untuk 2024 para pengembang baru proses pengajuan izin, jadi datanya belum masuk,” katanya.

Kepala Disperkimtaru Sragen, Aris Wahyudi, mengatakan Pemkab Sragen mendorong penyediaan rumah bersubsidi oleh pengembang dengan harga terjangkau. “Harapannya bisa terpenuhi program nasional 1 juta rumah bagi masyarakat kurang mampu,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya