SOLOPOS.COM - Perajin mewarnai wayang kulit di Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Warga Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, Klaten, sudah turun temurun menjadi perajin wayang kulit. Keahlian tatah sungging itu sudah ada dan berkembang sejak 1960.

Sejarah kampung itu menjadi kampungnya para perajin wayang kulit bermula dari seorang warga bernama Kasimo. Warga tersebut belajar menatah wayang di wilayah Sonorejo, Sukoharjo. Setelah bertahun-tahun menimba ilmu, Kasimo kembali ke kampung.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Ilmu yang diperoleh kemudian ditularkan Kasimo ke warga di kampungnya secara sukarela. Lambat laun, ilmu itu menular ke warga lainnya dan semakin banyak warga yang memiliki keahlian tatah sungging untuk membuat wayang kulit.

“Almarhum Mbah Kasimo memberikan pelajaran untuk anak-anak sehingga bisa berkembang. Saya belajar di Mbah Kasimo kemudian saya bikin di rumah dan ditularkan teman-teman di kampung. Setelah bisa akhirnya bekerja sendiri di rumah dan mulai menerima pesanan,” kata salah satu perajin wayang kulit di Sidowarno, Nardi Baron, saat berbincang dengan Solopos.com, Senin (5/6/2023).

Koordinator Lapangan Desa Wisata Sidowarno, Klaten, itu mengatakan wayang kulit hasil karya perajin Sidowarno kian dikenal. Banyak dalang kondang yang mengakui keahlian warga Sidowarno dalam membuat wayang kulit.

Lokasi Sidowarno yang berada di sisi ujung timur Klaten dan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo juga disebut-sebut menguntungkan. Desa tersebut juga dekat dengan Kota Solo hingga banyak mahasiswa terutama dari Institut Seni Indonesia (ISI) Solo berdatangan ke Sidowarno.

Saat ini ada sekitar 70-80 warga yang menjadi perajin wayang kulit. Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Sidowarno, Suraji, juga menjelaskan awal mula warga memiliki keahlian membikin wayang kulit bermula dari warga setempat bernama Kasimo yang belajar di wilayah Sukoharjo.

“Kebetulan pak lik saya menatah wayang kemudian kembali ke desa ini dan banyak warga yang belajar ke sini,” jelas Suraji. Ia menjelaskan banyak dalang kondang yang sering memercayakan pembuatan wayang kulit mereka ke warga Butuh.

Sempat Terpuruk saat Pandemi

Dia menyebut ada Ki Enthus, Ki Manteb Sudarsono, Ki Anom Suroto, dan masih banyak lainnya. Saat pandemi Covid-19, usaha para perajin wayang kulit di Sidowarno, Klaten, sempat macet. Pada masa-masa itu banyak dalang yang tak bisa pentas lantaran ada pembatasan kegiatan yang mengundang kerumunan.

Kondisi itu berdampak pada sepinya pemesanan wayang. Belakangan, perlahan usaha para perajin bangkit lagi. “Sekarang usaha sudah jalan lagi. Ini perlahan,” kata dia.

Kini, Desa Sidowarno telah berkembang menjadi desa wisata. Warga terutama di wilayah Dukuh Butuh menawarkan wisata budaya sekaligus wisata edukasi. Pengunjung diajak lebih dekat mengenal proses pembuatan wayang kulit hingga praktik tatah sungging.

Selain wayang kulit, paket wisata juga mengenalkan berbagai potensi yang ada di desa setempat seperti jamu, pelatihan memanah, dan lain-lain yang ditawarkan dalam paket wisata. Selain wisatawan dalam negeri, desa tersebut juga mulai didatangi wisatawan mancanegara. “Ada yang dari Amerika, Arab, dan Belgia,” ungkap Suraji.

Sebagai informasi, Sidowarno juga masuk 75 besar desa wisata terbaik di Indonesia pada ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2023. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, bahkan mengunjungi langsung Dukuh Butuh, Desa Sidowarno, Kecamatan Wonosari, pada Minggu (4/6/2023) siang.

Kunjungan itu sekaligus dalam rangkaian penilaian langsung ke desa-desa wisata yang masuk dalam nominasi ADWI 2023. Sandiaga mengapresiasi warga Sidowarno yang melestarikan pembuatan wayang kulit yang sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia.

Desa tersebut berkembang menjadi desa wisata wayang berkat didukung berbagai pihak salah satunya pendampingan dari Astra sejak 2018. “Kali ini kita masuk ke dalam satu nuansa yang berbeda yaitu budaya dan desa wisata wayang Sidowarno ini mudah-mudahan bisa menjadi world class tourism,” kata Sandiaga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya