SOLOPOS.COM - Petani menjemur tembakau yang telah dirajang di daerah Solodiran, Manisrenggo, Kamis (29/8/2013). Panen raya tembakau di Manisrenggo tidak bisa serentak akibat anomali cuaca yang menerpa Klaten beberapa waktu lalu. (Shoqib Angriawan/JIBI/Espos)

Solopos.com, KLATEN--Setelah diterpa anomali cuaca, sejumlah petani di Manisrenggo mulai memanen dan merajang tembakau, Kamis (29/8/2013). Harga tembakau pun diprediksi lebih baik mengingat jumlahnya tidak sebanyak dengan tahun lalu.

Berdasarkan pantauan solopos.com, Kamis, cukup banyak petani yang menjemur tembakau yang sudah dirajang. Mereka menjemur dengan menggunakan alat khusus yang terbuat dari bambu yang diberi nama anjang.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Ketua Koalisi Nasional Penyelamatan Kretek (KNPK) Klaten, Aryanta Sigit Suwanta, mengatakan saat ini sudah ada sekitar 40% petani di Manisrenggo yang merajang tembakau. Belum semuanya petani yang merajang tembakau disebabkan faktor anomali cuaca yang terjadi selama beberapa bulan terakhir, sehingga menyebabkan masa panen raya mundur sekitar satu

“Panen raya belum bisa serentak karena petani menanamnya juga mundur akibat masih sering turun hujan lebat,” jelasnya kepada wartawan di Manisrenggo, Kamis. Meski demikian, dia mengungkapkan kualitas tembakau di Manisrenggo sangat baik dan tidak kalah dengan tahun lalu. Pasalnya, beberapa pekan sebelumnya wilayah Manisrenggo dan sekitarnya tidak diguyur hujan.

Kendati demikian, Sigit yang juga menjabat sebagai Kepala Desa Solodiran, Manisrenggo itu memperkirakan laba yang dihasilkan dari tembakau tahun ini tidak sebanyak tahun kemarin. Sebab, petani harus mengolah lahan dan menanam dua hingga tiga kali tembakau akibat bibit tanaman banyak yang mati. Hal itu mengakibatkan petani harus merogoh biaya operasional tambahan lagi.

Dibandingkan tahun lalu, luas lahan yang ditanami tembakau di Manisrenggo pada 2013 ini memang mengalami penurunan hingga 20%. Pada 2012, luas lahan yang ditanami tembakau mencapai sekitar 500 Hektar (Ha). Namun pada 2013 hanya 329 Ha yang ditanami tembakau.

“Penurunan itu juga disebabkan faktor anomali cuaca, sehingga petani enggan menanam tembakau dan trauma pada 2010 yang gagal panen,” ungkapnya. Sebagai petani, tahun ini Sigit menanam sekitar 40 Ha tanaman tembakau. Saat ini sebagian tanaman miliknya sudah dipanen dan dirajang.

Dirinya juga mengaku jatuh bangun untuk merawat tanaman miliknya. “Saya juga harus menanam dua hingga tiga kali akibat anomali cuaca,” katanya.

Salah satu petani asal Manisrenggo, Sugeng, mengatakan saat ini dirinya juga sudah merajang tembakau. Sebelumnya, dia mengaku harus beberapa kali melakukan tambal sulam di lahan tembakau seluas 1.700 meter persegi miliknya. Dirinya harus menanam kembali sekitar 350 bibit tembakau akibat mati diguyur air hujan.

“Tambal sulam yang saya lakukan hingga tiga kali, tapi beruntung ini masih bisa panen,” jelasnya kepada solopos.com di lokasi, Kamis. Dia berharap cuaca bisa terus normal supaya tanaman tembakau miliknya bisa tetap hidup hingga panen selanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya