SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kabar duka datang dari NU Solo.

Solopos.com, SOLO – Tokoh Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pernah menjadi anggota Majelis Ulama Indonesia (MUI) Solo, Abdul Wahhab Shiddiq, wafat pada usia 83 tahun, Sabtu (9/4), pukul 9.00 WIB, di kediamannya Jalan Adi No 4, Kepatihan Wetan, Solo.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Jenazah akan dimakamkan di Komplek Makam Ulama, Makam Haji Pajang, Solo, Minggu (10/4/2016) pagi. Almarhum meninggalkan seorang isteri, enam anak dan 22 cucu.

Putra pertamanya HM Aminuddin, Sabtu, mengatakan ayahnya meninggal karena sakit jantung. Sebelum meninggal almarhum sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Moewardi selama sepekan.

Almarhum merupakan senior tokoh NU Ahmad Mustofa Bisri atau biasa dipanggil Gus Mus, saat nyantri di Pondok Pesantren daerah Krapyak, Yogyakarta. Juga bersahabat dekat dengan mantan Menteri Agama, Muhammad Maftuh Basuni. Beberapa hari lalu saat dirawat di rumah sakit mantan menteri agama Kabinet Persatuan era Susilo Bambang Yudhoyono tersebut sempat datang menjenguk.

“Bapak dekat dengan Pak Maftuh. Kemarin sempat dijenguk saat sakit di rumah sakit. Kalau pas ke Solo beliau juga sering mampir ke rumah,” ceritanya.

Semasa hidup almarhum aktif menjadi pengajar di Universitas Nahdlatul ‘Ulama (UNU) Solo. Menurut Aminuddin, almarhum, pernah menjadi rektor UNU saat masih berstatus sebagai Sekolah Tinggi Agama Islam Nahdlatul Ulama (STAINU) pada tahun 90-an.

Sebelum sakit parah, Abdul Wahab, bahkan masih membimbing mahasiswanya meskipun di rumah. Selain itu almarhum juga pernah menjadi anggota syuriah NU pada tahun 80-an.

Pengasuh Ponpes Al-Muayyat, Windan, Kartasura, Mohammad Dian Nafi’, dalam rilisnya kepada wartawan mengatakan  semasa sehat almarhum juga mengajar di Qawa’idul Fiqhiyyah Al-Muayyad Mangkuyudan, dan membimbing kader-kader pengurus NU Surakarta, mengasuh taklim dan takmir Masjid Al-Fatih Kepatihan.

Almarhum merupakan suri tauladan yang rendah hati dan piawai mengajar. Berkat keteladanannya beberapa santri Al-Muayyad banyak lolos ke universitas-universitas di Timur Tengah. “Meskipun sudah memiliki mobil bagus dan belasan kios di Pasar Klewer, beliau tetap mengendarai sepeda angin ke Mangkuyudan dan STAINU,” kenang Dian Nafi’ yang pernah menjadi muridnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya