SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kabar duka datang dari dunia seni.

Solopos.com, SOLO — Dunia seni di Indonesia berduka. Salah satu maestro sinden asal Solo, Supadminingtyas atau yang kerap dipanggil Nyi Supadmi tutup usia, Kamis (3/9/2015) pukul 04.20 WIB. Ia meninggal dunia karena sakit liver yang dideritanya sejak 2004. Ia dimakamkan di makam keluarga Djoko di Mudal, Klaten pukul 14.00 WIB.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Suasana duka masih menyelimuti kediamannya di Petoran, Gang Kepuh RT 001/ RW 009, Jebres, Solo ketika Espos berkunjung ke rumahnya, Kamis petang. Beberapa karangan bunga masih berjajar rapi di depan pagar rumah bercat biru itu. Seorang laki-laki paruh baya menyalami Espos dan memperkenalkan sebagai suami Nyi Supadmi.

Ia bernama BRM Djoko Marsaid yang telah mendampingi Nyi Supadmi selama dua tahun terakhir. Sebelumnya, Nyi Supadmi adalah janda beranak tiga yang kini berusia 65 tahun.

Djoko lalu bercerita kepada Solopos.com, jika Nyi Supadmi sudah berulangkali masuk rumah sakit karena kondisinya. “Beberapa waktu terakhir, istri saya [Nyi Supadmi] sering masuk rumah sakit karena kondisinya yang menurun.  Awalnya pada 13-27 Juli, lalu pada 1 September, kemudian masuk lagi 2 September sampai tutup usia karena kondisinya semakin memburuk akibat gula darah yang drop,” katanya.

Meskipun baru menemani Nyi Supadmi selama dua tahun, Djoko bersama sinden kondang itu. Ia kagum dengan kegigihan Nyi Supadmi yang memiliki idealis dan harapan yang tinggi sehingga bisa meraih semua impiannya.

“Saya merasa kehilangan karena istri saya adalah perempuan yang kuat dan tidak pernah mengeluh sakit. Meskipun rutin  minum obat, ia masih aktif mengajar di ISI [Institut Seni Indonesia] Solo, menjadi narasumber, bahkan juri di lomba sinden,” ujarnya.

Nyi Supadmi meninggalkan tiga anak dan tujuh orang cucu. Sementara, salah satu seniman yang kenal dekat dengan Nyi Supadmi, Endah Laras, mengatakan sudah mendengar kabar meninggalnya maestro tari itu dari teman-temannya sesama seniman. Meskipun merasa kehilangan, ia tidak bisa melayat karena saat ini berada di Jakarta.

Menurut Endah Laras, Nyi Supadmi adalah sosok pendidik yang baik dan tidak sungkan memberikan ilmu yang ia punya. Terbukti, di rumahnya banyak orang dari dalam dan luar negeri yang ingin belajar sinden.

“Selain itu, ia yang juga dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo itu juga telaten dan sabar serta tidak mudah putus asa dalam mengajarkan teknik menyinden. Tidak hanya orang yang mau belajar sinden, banyak penyanyi campursari yang juga berguru pada Nyi Supadmi untuk menambah pengetahuan dalam bernyanyi langgam Jawa,” tutur Endah Laras saat dihubungi Solopos.com, Kamis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya