Soloraya
Minggu, 30 Juli 2023 - 16:03 WIB

Kader Fatayat NU Boyolali Digerakkan Cegah Stunting: Fokus 1.000 Hari Pertama

Nimatul Faizah  /  Suharsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Boyolali, Puji Astuti, saat memberikan materi terkait optimalisasi peran kader dalam penurunan stunting di aula Kecamatan Boyolali, Minggu (30/7/2023). (Solopos/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI — Puluhan kader Fatayat Nahdlatul Ulama atau NU Boyolali mendapatkan pembekalan untuk mengoptimalkan peran mereka dalam pencegahan stunting dengan pemberian makan bayi dan anak dan pemenuhan gizi terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Kegiatan tersebut bertempat di Aula Kecamatan Boyolali pada Minggu (30/7/2023). Pemenuhan gizi pada 1.000 hari pertama kehidupan sangat penting untuk mencegah stunting.

Advertisement

Ketua Fatayat NU Boyolali, Nur Fauziah, mengungkapkan pencegahan stunting yang dilaksanakan para kader berfokus pada pemberian makanan bagi ibu hamil dan bayi.

“Kami bukan mengobati, bukan juga mengatasi. Namun kami mencegah, karena fatayat ini kan kadernya banyak, sampai ke tingkat ranting di desa,” ujar dia saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela acara.

Advertisement

“Kami bukan mengobati, bukan juga mengatasi. Namun kami mencegah, karena fatayat ini kan kadernya banyak, sampai ke tingkat ranting di desa,” ujar dia saat berbincang dengan Solopos.com di sela-sela acara.

Dalam kegiatan tersebut, dua perwakilan dari Pimpinan Anak Cabang (PAC) 22 kecamatan di Boyolali yang juga kader Posyandu menjadi peserta sehingga total ada 44 perwakilan dari PAC Fatayat NU Boyolali.

Kemudian, sebanyak 15 orang dari Pimpinan Cabang Fatayat NU Boyolali juga menjadi peserta pembekalan tersebut. Total ada 59 kader fatayat yang nantinya diharapkan dapat meneruskan ilmu terkait gizi bagi ibu hamil dan anak di bawah dua tahun (baduta).

Advertisement

“Kegiatan ini bukan hanya digelar di Boyolali. Yang menggelar dari PW Fatayat Jawa Tengah, jadi se-Jawa Tengah. Hanya waktunya yang berbeda,” jelas Fauziah.

Sementara itu, manajer program Komunikasi Perubahan Perilaku untuk Pencegahan Stunting Fatayat NU Jawa Tengah, Umi Hanik, menjelaskan kegiatan tersebut merupakan kerja sama Fatayat Jawa Tengah dengan Tanoto Foundation dan Unicef.

Pada 2023 ini, Fatayat Jateng memiliki program Sambung Simbok Sambang Bocah (S3B) yaitu mengunjungi ibu hamil dan bayi di bawah usia dua tahun untuk memberikan edukasi. Program ini aktif di seluruh cabang Fatayat di 35 kabupaten/kota.

Advertisement

Untuk terjun ke lapangan, para kader juga harus disiapkan bekal tentang pencegahan stunting lewat pemenuhan gizi makanan anak dan bayi secara optimal.

“Jadi fokus pencegahan stunting kami melalui pemberian makanan untuk bayi dan anak secara optimal. Tentunya yang bergizi dan halal. Misal selama ini kan MPASI [makanan pendamping air susu ibu] ada yang instan dan bungkusan, kami kan enggak tahu bagaimana gizinya,” jelas dia.

“Kami edukasi ternyata MPASI enggak ribet. Bisa diambil dari sumber pangan lokal, misal protein hewani kalau di daerah pesisir ya ikan, kalau di Boyolali dicari apa yang mudah ditemukan misal telur puyuh atau apa,” lanjut Umi.

Advertisement

5.000 Kader di Jawa Tengah

Setelah mendapatkan edukasi, Umi menjelaskan para kader akan bertugas mencari tahu apakah ibu hamil sudah meminum tablet tambah darah, lalu menginformasikan tentang inisiasi menyusui dini (IMD), ASI eksklusif, imunisasi anak, dan lain sebagainya.

Diharapkan para kader Fatayat NU Boyolali yang menyebar hingga tingkat dusun dapat mengedukasi dan mendata ibu hamil dan orang tua baduta terkait pencegahan stunting.

“Jadi para kader nanti bisa paham apakah ada anak yang butuh perhatian, jika butuh perhatian, berarti nanti dirujuk ke tenaga kesehatan,” kata dia.

Lebih lanjut, Umi mengungkapkan lewat program Sambung Simbok Sambang Bocah, Fatayat NU Jawa Tengah menargetkan ada 5.000 kader yang siap terjun ke masyarakat. Lalu ada 90.000 ibu hamil dan bayu usia di bawah dua tahun yang terdata serta 100.000 masyarakat umum di Jawa Tengah dapat terpapar isu stunting.

Sementara itu, Kepala Dinkes Boyolali, Puji Astuti, yang turut mengisi acara tersebut mengapresiasi langkah Fatayat NU Boyolali yang menggelar kegiatan optimalisasi peran kader mereka dalam pencegahan stunting.

Menurutnya, semakin banyak yang terlibat dalam pencegahan stunting, kasus stunting di Boyolali akan turun lebih cepat. Menurutnya 1.000 hari pertama kehidupan bayi dimulai dari saat ibu hamil hingga anak usia dua tahun penting untuk dipersiapkan karena pada masa itu bagus dalam pencegahan stunting.

“Angka stunting hingga Juni itu sekitar 6,8 persen, itu ada sekitar 3.800-an anak, pokoknya di bawah 4.000 anak ya. Itu alhamdulillah turun dari tahun sebelumnya 8 sekian persen, awal 2023 sekitar 7 persen, terus jadi 6,8 persen,” kata dia.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif