Soloraya
Senin, 2 April 2012 - 19:38 WIB

KAIN LURIK: Penjualan Lurik ATBM Grogol Merosot 50%

Redaksi Solopos.com  /  Arif Fajar Setiadi  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - PERAJIN LURIK--Seorang perajin menenun lurik di Dukuh Sadakan Desa Grogol, Kecamatan Weru, Sukoharjo, Senin (2/4/2012). Sempat booming pada 2009 dan 2010, penjualan lurik alat tenun bukan mesin (ATBM) hasil kerajin warga setempat saat mengalami penurunan hingga 50%. (Triyono/JIBI/SOLOPOS)

PERAJIN LURIK--Seorang perajin menenun lurik di Dukuh Sadakan Desa Grogol, Kecamatan Weru, Sukoharjo, Senin (2/4/2012). Sempat booming pada 2009 dan 2010, penjualan lurik alat tenun bukan mesin (ATBM) hasil kerajin warga setempat saat mengalami penurunan hingga 50%. (Triyono/JIBI/SOLOPOS)

SUKOHARJO-Niat Gubernur Jateng mengangkat perekonomian perajin tenun lurik, hanya berlaku sesaat. Karena pascabooming tahun 2009 dan 2010, penjualan lurik hasil kerajinan alat tenun bukan mesin (ATBM) di Desa Grogol, Weru, Sukoharjo merosot hingga 50% sejak 2011. Untuk mendongkrak penjualan, perajin terus meningkatkan kualitas dan memperluas jangkauan pemasaran.

Advertisement

Ketua Kluster Lurik Tenun Sari Desa Grogol, Weru, Sanikem, menyebutkan penjualan lurik ATBM di desanya mengalami penurunan karena persaingan ketat dengan kain lurik hasil produksi mesin tenun. Menurut dia, banyak peminat saat ini sering melirik ke lurik non ATBM karena harganya relatif murah dan proses pembuatan berlangsung lebih cepat.

“Penjualan lurik sudah merosot mulai 2011 sampai sekarang. Bahkan saat ini tingkat penurunan penjualan mencapai 50-an persen jika dibandingkan saat <I>booming<I> pada 2009 dan 2010,” ungkap Sanikem ditemui solopos.com di sela-sela kesibukannya menenun lurik di Dukuh Sadakan Desa Grogol, Weru, Senin (2/4/2012).

Sanikem menyatakan jumlah perajin kain lurik di Desa Grogol saat ini tercatat sebanyak 148 orang. Meski pemasaran menurun, ujar dia, kegiatan produksi lurik oleh warga tetap berjalan seperti biasa.

Advertisement

Perajin lurik lain di Desa Grogol, Sri Murniati, menyatakan hal serupa. Dia menambahkan selain bersaing dengan produk non ATBM, penurunan penjualan lurik Grogol juga dipicu berkembangnya sentra kerajinan lurik di di daerah-daerah lain. Salah satunya yang banyak dikenal adalah lurik dari Kabupaten Klaten.

Terkait pemasaran, Sri menyebutkan lurik Grogol sudah dikenal di berbagai daerah di Jawa Tengah (Jateng) seperti Solo, Semarang, dan Cilacap. Perajin kain lurik di desanya juga menerima pesanan dari pelanggan di Jogja dan Jakarta.

Kades Grogol, Supriyadi, menyatakan pemerintah desa menggandeng lembaga dari Jerman untuk pengembangan sentra lurik di desanya. Dengan kerja sama itu, perajin berkesempatan ikut aneka pelatihan untuk peningkatan kemampuan dan perbaikan kualitas produk lurik.

Advertisement

“Kerja sama sudah dua tahun ini. Ada berbagai pelatihan meliputi proses produksi mulai pewarnaan sampai penenunan dengan peserta ekitar 100 perajin yang dapat pembinaan. Dari situ diharapkan mutu produk dan kemampuan perajin meningkat,” tegasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif