SOLOPOS.COM - Kepala Dinas Perhubungan (Dishub) Kota Solo, Taufiq Muhammad. (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO — Jalanan Kota Solo diprediksi macet total pada 2031 dengan pertumbuhan jumlah kendaraan yang mencapai 4 persen per tahun. Untuk itu diperlukan upaya dan langkah strategis guna mencegah lalu lintas tak bisa bergerak pada 2031.

Prediksi itu berdasarkan hasil kajian Tataran Transportasi Lokal (Tatarlok) 2021 yang dilakukan Dinas Perhubungan (Dishub) Solo. Kajian itu membahas beragam permasalahan lalu lintas dan kepadatan jalan di Kota Bengawan dalam jangka pendek, jangka menengah, hingga jangka panjang.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kajian juga termasuk pertumbuhan kendaraan bermotor dan jumlah kendaraan bermotor yang masuk ke Solo setiap hari. Kepala Dishub Solo, Taufiq Muhammad, menyampaikan pertumbuhan kendaraan bermotor meningkat sekitar empat persen setiap tahun.

Sedangkan rata-rata jumlah kendaraan bermotor yang melintasi Kota Solo per hari sedikitnya ada 500.000 unit. Angka ini bisa membengkak 15 kali lipat saat masa libur panjang dan hari raya keagamaan sehingga Solo berpotensi macet total jika didiamkan.

“Hasil kajian kami, jika tidak ada upaya maka kendaraan bermotor diperkirakan stuck [macet total] pada 2031. Jumlah kendaraan terus bertambah namun infrastruktur tidak memadai,” katanya saat diwawancari wartawan, Senin (9/1/2023).

Pemerintah telah berupaya melakukan berbagai langkah strategis agar tak terjadi kemacetan atau kepadatan lalu lintas selama beberapa tahun terkahir. Upaya itu berupa pembangunan jembatan layang di perlintasan sebidang kereta api di Purwosari dan Manahan.

Jalan Lingkar Luar Solo

Kemudian, pelebaran ruas jalan di sejumlah lokasi, termasuk rencana pembangunan jalan lingkar timur-selatan Kota Solo yang kini berubah menjadi jalan tol timur selatan Kota Solo.

“Upaya-upaya itu sudah dilakukan semua untuk mengurangi kemacetan lalu lintas. Ada jalur khusus juga untuk angkutan berat melewati jalan lingkar timur selatan Kota Solo. Angkutan berat tak lagi masuk dalam kota yang menambah beban infrastruktur jalan,” ujarnya.

Upaya lainnya, lanjut Taufiq, yakni optimalisasi moda transportasi publik seperti bus Batik Solo Trans (BST) yang melayani enam koridor ditambah enam koridor lain khusus angkutan pengumpan atau feeder. Masyarakat didorong memanfaatkan transportasi publik saat beraktivitas setiap hari untuk mencegah Solo macet total.

Mereka tak perlu menggunakan kendaraan pribadi seperti mobil dan sepeda motor. Integrasi moda transportasi publik juga perlu dilakukan agar penumpang tak perlu lagi berganti angkutan umum untuk menuju lokasi tujuan.

Masyarakat memilih menggunakan transportasi publik karena faktor kenyamanan dan keamanan. “Kami berusaha push agar transportasi publik jurusan Solo-Wonogiri segera terwujud. Kami dorong agar daerah lainnya juga sama. Misalnya, Solo-Klaten atau Solo-Boyolali sehingga terintegrasi di wilayah Soloraya,” ujarnya.

Optimalisasi Transportasi Publik

Diharapkan masyarakat beralih menggunakan transportasi publik dibanding kendaraan pribadi saat beraktivitas sehari-hari. Hal ini bisa menekan kepadatan kendaraan di dalam Kota Solo.

“Sekarang justru kendaraan dari luar Solo yang paling banyak melewati jalan dalam kota. Mereka beraktivitas di Solo setiap hari, sore hari pulang ke rumah di luar Kota Solo,” urai dia.

Sementara itu, seorang pengguna jalan asal Kelurahan Kedunglumbu, Darminto, mengatakan kepadatan arus lalu lintas terjadi saat pagi dan petang hari. Para pekerja berangkat ke kantor bersamaan dengan pelajar yang berangkat ke sekolah.

Kondisi serupa juga terjadi pada petang hari. Karena itu, pemerintah harus mencari solusi alternatif untuk mengatasi kemacetan lalu lintas di Kota Bengawan. “Coba saja lewat jalan di wilayah Pasar Kliwon pada pagi hari. Kondisi jalan sempit tak sebanding dengan volume kendaraan yang lewat,” katanya.

Sebelumnya, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka juga menjelaskan alasan mengusulkan jalan lingkar luar timur-selatan Solo yang melewati tiga kabupaten yakni Karanganyar, Sukoharjo, dan Klaten. Gibran menjelaskan Solo diambang macet total hingga kendaraan stuck tak bisa bergerak pada 2031.

Menurut Gibran, dampaknya bakal sangat mengerikan bagi perekonomian Solo dan daerah sekitar jika Solo macet total. Kendaraan pengangkut logistik dan kebutuhan pokok akan terhambat sampai ke daerah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya