Soloraya
Selasa, 5 September 2023 - 13:08 WIB

Kalah Saing, Pengusaha Penggilingan Padi Kecil Sragen Minta Bantuan Pemerintah

Tri Rahayu  /  Kaled Hasby Ashshidiqy  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Seorang tamu VIP memeriksa cerobong bahan bakar pada mesin blower pengeringan gabah berkapasitas 30 ton di Penggilingan Padi UD Sumber Lestari Ngembatpadas, Gemolong, Sragen, Selasa (7/3/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN —Harga beras dan gabah yang melambung tinggi membuat pengusaha penggilingan padi kecil di Sragen mengeluh. Mereka mengaku kalah bersaing dengan perusahaan besar yang memiliki modal dan kapasitas produksi lebih besar.

Dari 200 penggilingan padi skala menengah ke bawah di Sragen, lebih dari 50% di antaranya gulung tikar. Kondisi ini membuat para pengusaha penggilingan padi kecil berharap pemerintah turun tangan untuk melindungi nasib mereka.

Advertisement

Wakil Ketua Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Sragen, Widyastuti, menyampaikan para pengusaha penggilingan padi tidak menginginkan kondisi seperti sekarang. Mereka berharap pemerintah bisa membatasi pabrik-pabrik besar supaya tidak mematikan penggilingan padi kecil.

“Perusahaan besar punya modal, punya tempat, dan manajemennya bagus. Sementara penggilingan kecil modal terbatas, gudang terbatas. Penggilingan padi kecil bisa punya gudang 100 ton saja sudah hebat,” kata Widyastuti saat ditemui wartawan di sela-sela pertemuan para pengusaha beras di Sragen, Minggu (3/9/2023) malam.

Ia menambahkan, pengusaha penggilingan padi kecil juga berharap pemerintah bisa bekerja sama dengan perusahaan besar untuk memberikan kesempatan kepada penggilingan padi kecil dalam memasok gabah. Salah satu caranya adalah dengan membatasi pembelian GKP untuk perusahaan besar, selebihnya bisa beli bahan beras PK atau beras grosor.

Advertisement

“Dengan pola kerja sama seperti itu, harap kami, pengusaha penggilingan padi kecil itu bisa jalan dan sama-sama hidup,” kata Widyastuti.

Pengusaha penggilingan padi asal Kecamatan Jenar, Daryanti, mengatakan usahanya seperti hidup segan mati pun tak mau. Alat produksi tersedia, bahkan sudah modern karena pakai listrik, tetapi sulit mencari gabah. Ia tak bisa meliburkan pekerja karena kasihan.

“Kalau nekat ya sama saja bunuh diri,” ujar Daryanti.

Advertisement

Pengusaha penggilingan padi asal Kecamatan Masaran, Rosyid Ridho, mengatakan yang berani bersaing maka merekalah yang bisa bertahan. Namun, menurutnya, pengusaha penggilingan padi kecil memiliki banyak keterbatasan, seperti modal, gudang, dan manajemen.

“Kami prihatin. Pemerintah harus turun tangan. Solusi terbaik bagaimana? Kami tidak menyalahkan pabrik besar tetapi mereka bisa tahu kondisi kami,” pinta Rosyid Ridho.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif