Soloraya
Selasa, 14 Mei 2013 - 16:59 WIB

Kalangan Sastrawan Jawa Usulkan Hari Sastra Jawa

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO — Prihatin dengan eksistensi Sastra Jawa yang makin hari makin ke tepi. Itulah yang mengawali gagasan sejumlah sastrawan Jawa, untuk melontarkan usulan peringatan Hari Sastra Jawa yang diperingati setiap tahun.

Pegiat Sastra Jawa, yang juga bertindak selaku penggagas Gelar Sastra Etnik Djawa, Arieyoko, kepada wartawan di Teater Arena Taman Budaya Jawa Tengah, Sabtu (11/5/2013) malam, mengatakan posisi Sastra Jawa yang ibarat anak tiri di kandang sendiri.

Advertisement

“Di Indonesia ini ada banyak jenis hari. Ada Hari Ibu, Hari Buku, Hari Tari dan hari-hari lainnya. Tapi tidak pernah ada Hari Sastra Jawa. Makanya lewat forum ini, kami lontarkan ide usulan untuk peringatan Hari Sastra Jawa,” katanya.

Di singgung urgensi peringatan Hari Sastra Jawa, Arieyoko menilai gagasan ini sebagai strategi kebudayaan agar Sastra Jawa tidak musnah ditelan laju globalisasi.

”Bahasa dan sastra adalah pintu masuk untuk mengenal, memahami dan mempelajari kebudayaan. Saat ini saya melihat sedang ada perang kebudayaan. Ada upaya pemusnahan kebudayaan yang lemah. Ini karena Indonesia belum pernah merumuskan strategi kebudayaan yang melindungi sastra daerah. Akibatnya ada hukum rimba seperti itu,” tandasnya.

Advertisement

Arieyoko mengungkapkan saat ini pihaknya bersama dengan sejumlah seniman yang peduli pada eksistensi Sastra Jawa, sedang menyampaikan gagasannya kepada akademisi dan budayawan untuk bisa menyampaikannya kepada dinas pemangku kepentingan.

Pengamat Sastra Jawa dari UNS Solo, Christiana Dwi Wardana, ketika ditemui Solopos.com di Kampus UNS Solo, Selasa (14/5/2013), menilai peringatan Hari Sastra Jawa bisa digunakan untuk membangun kesadaran terus-menerus agar Sastra Jawa tetap lestari.

“Sebagian besar masyarakat dewasa ini sudah tidak memiliki perhatian kepada Sastra jawa. Utamanya pada generasi muda. Oleh karena itu perlu ada agenda monumental yang diperingati setiap tahunnya,” jelasnya.

Advertisement

Pria yang akrab disapa Chris ini mengutarakan sedianya ada Hari Bahasa Ibu yang bisa mewakili Hari Sastra Jawa, namun Chris menilai posisinya kurang strategis mewakili Sastra Jawa

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif