SOLOPOS.COM - MBROL-Mardi Suwarno, 70, warga Dukuh Sumberejo, Desa Japanan, Kecamatan Cawas, Klaten, menunjukkan sisi tanggul yang ambrol akibat terus tergerus alur Kali Dengkeng. (JIBI/SOLOPOS/Taufiq Sidik Prakoso)

AMBROL-Mardi Suwarno, 70, warga Dukuh Sumberejo, Desa Japanan, Kecamatan Cawas, Klaten, menunjukkan sisi tanggul yang ambrol akibat terus tergerus alur Kali Dengkeng. (JIBI/SOLOPOS/Taufiq Sidik Prakoso)

Mardi Suwarno, 70, terlihat sibuk membenahi sebuah rumah berdinding anyaman bambu yang berjarak hanya sekitar setengah meter dengan bibir tanggul, Rabu (22/2/2012) siang.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

Rumah tersebut berada di bantaran Kali Dengkeng, di Dukuh Sumberejo, Desa Japanan, Kecamatan Cawas, Klaten.

“Ini dulu rumah simbah. Sekarang sudah tidak ditempati lagi. Tapi saya sering kesini kalau pagi pagi hingga siang hari,” jelas Mardi saat ditemui wartawan di sela-sela kesibukannya.

Kesibukan Mardi pun bertambah saat debit alur Kali Dengkeng meningkat. Dia khawatir jika sewaktu-waktu aliran air terus menggerus tanggul yang hanya berupa tanah. “Kalau terus menggerus, kami khawatir pondasi rumah ikut tergerus dan rumah roboh. Saya hampir setiap waktu datang mengecek aliran sungai kalau-kalau tanahnya terus tergerus. Nah, seperti itu,” ujarnya sembari menunjukkan sisi tanggul yang tergerus air.

Diakui Mardi, kondisi tersebut berlangsung sudah sejak lama. Mardi pun mengaku takut tinggal di rumah berdinding anyaman bambu yang sudah berdiri 25 tahun silam tersebut. “Sudah lama kondisi ini terjadi. Sudah dicak-cek berulang kali. Namun, belum ada tindak lanjut hingga saat ini. Di tengah kali itu ada tanggul besar yang ambrol. Tetapi saat ini baru tertutup aliran air yang terus meninggi. Tidak hanya satu, tetapi ada dua titik,” tegasnya.

Tidak berselang lama, Darto Mulyono, 60, warga Dukuh Turasan, yang rumahnya berdekatan dengan rumah Mardi pun menghampiri wartawan. Diceritakan Darto, rumahnya berjarak sekitar 6-7 meter dari bibir tanggul.

Jaraknya pun semakin mendekat seiring dengan peningkatan debit alur Kali Dengkeng yang beberapa waktu terakhir sering meningkat. Guna menghalangi derasnya aliran air, Darto pun berinisiatif untuk menghambat laju air di dekat tanggul menggunakan pohon bambu yang ditali dengan pagar bambu di pekarangannya.

Namun, usaha tersebut dinilai Darto tidak membuahkan hasil. Aliran air tetap deras dan menggerus sisi tanggul.  Kondisi tidak kalah parah terjadi di wilayah Dukuh Turasan, RT015/RW007. Hal tersebut lantaran tanggul buatan sepanjang 30 meter yang baru dibangun dua hari lalu ambrol setelah debit air kembali meningkat pada Rabu pagi.

“Sudah kami bangun swadaya menggunakan karung pasir. Setiap kali banjir pasti ambrol. Kami sudah menghabiskan 1.000 karung untuk menutup ini,” terang Ketua RT015, Padmo Suwito, 79.

Warga Desa Japanan berharap segera ada tindak lanjut dari pemerintah guna melakukan penyelesaian terhadap ambrolnya tanggul di wilayah tersebut. Mereka hanya berharap antisipasi nyata tidak sebatas pengecekan.

JIBI/SOLOPOS/Taufiq Sidik Prakoso

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya