Soloraya
Sabtu, 28 Oktober 2023 - 12:12 WIB

Kampanye Variasi Makanan Berbahan Lokal Digelorakan di Festival Pangan 2023

Wahyu Prakoso  /  Muh Khodiq Duhri  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jateng Sujarwanto Dwiatmoko live cooking olahan pangan lokal pada Festival Pangan 2023 di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jumat (27/10/2023). (Istimewa/Dokumentasi Pemprov Jateng)

Solopos.com, BOYOLALI – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (Pemprov Jateng) berupaya mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap beras dan gandum. Upaya itu digelorakan pada ajang Festival Pangan 2023 yang digelar di Asrama Haji Donohudan, Boyolali, Jumat- Sabtu (27-28/10/2023).

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Setda Jateng Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan tingkat konsumsi beras warga Jateng sebagai pangan pokok mencapai 87,9 kilogram per kapita per tahun pada 2022. Sementara, impor gandum Indonesia mencapai 9,3 juta ton.

Advertisement

“Angka konsumsi umbi-umbian 14,6 kilogram per kapita per tahun, hanya seperenam dari beras. Padahal Indonesia adalah produsen singkong terbesar keenam sedunia. Produksi singkong di Jateng mencapai 1,3 juta ton,” kata dia melalui laman resmi Pemprov Jateng seperti dilansir, Sabtu (28/10/2023).

Menurut Sujarwanto, potensi tersebut membuka peluang pemberdayaan ekonomi petani singkong. Upaya penganekaragaman produk bisa memicu ketertarikan pasar terhadap umbi-umbian. Misalnya, mengubah singkong jadi modified casava flour (mocaf) atau tepung singkong.

“Ini bisa digunakan sebagai pengganti tepung terigu. Selain itu bisa disimpan dalam waktu lama. Harga singkong sekarang Rp500-Rp1.000 per kilogram, kalau dijadikan mocaf bisa sampai Rp16 ribu-Rp20 ribu per kilogram. Artinya, ada nilai tambah ekonomi bagi petani,” jelasnya.

Advertisement

Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Dishanpan) Jateng Dyah Lukisari mengatakan penganekaragaman pangan lokal dilakukan secara sistematis. Ajang Festival Pangan diharapkan membuat masyarakat mengerti variasi olahan lokal.

“Ada lomba kreasi olahan pangan lokal. Mereka yang ikut sudah ada di marketplace pengadaan barang dan jasa Pemprov Jateng. Nah bagi OPD [organisasi perangkat daerah] yang ingin suguhkan kudapan, bisa menggunakan mereka. Jadi nyambung dengan edaran Pak Sekda tentang pangan lokal,” paparnya

Menurut dia, Pemprov Jateng telah melakukan beberapa kegiatan untuk mempromosikan pangan lokal. Bahkan, untuk cadangan pangan pemerintah, dinasnya mengalokasikan anggaran Rp420 juta untuk pembelian mi mocaf.

Advertisement

Selain itu, Dishanpan akan membantu penyediaan alat pengolah beras analog bagi gabungan kelompok tani (gapoktan). “Kami sudah memulai, kalau rapat kami pesan jagung serut, kroket singkong dan minuman bunga telang. Jangan roti saja,” imbuh Dyah.

Pengusaha pangan lokal asal Boyolali, Nuri, mengatakan produknya banyak diminati konsumen. Ia mengolah mocaf menjadi chesse stick, brownis, hingga bolu dan kukis cokelat. “Sudah sampai Jakarta, Purbalingga, Semarang. Ada juga mi mocaf, bagus untuk pencernaan,” kata dia.

Produsen geblek dari Magelang, Sita, menambahkan, geblek yang diproduksinya banyak diminati warga hingga luar daerah. “Pemasaran lewat instagram sampai google bisnis. Sudah pernah ada yang pesan dari Bandung, Surabaya, Batam, dan Kalimantan,” jelasnya.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif