SOLOPOS.COM - Plt Kepala Sub Komite Moda Investigasi Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ) KNKT, Ahmad Wildan. (Solopos/Bayu Jatmiko Adi)

Solopos.com, BOYOLALI — Komite Nasional Keselamatan Transportasi atau KNKT menyarankan perlunya dibuat forgiving road atau infrastruktur jalan yang mampu meminimalkan kesalahan pengguna jalan dan mengurangi tingkat fatalitas kecelakaan di tol Semarang-Solo wilayah Boyolali.

Berdasarkan hasil investigasi tim KNKT terhadap dua kasus kecelakaan yang merenggut total 11 jiwa pada Jumat (14/4/2023) dan Sabtu (15/4/2023), KNKT mengungkapkan jalan tol Semarang-Solo mulai Interchange Salatiga sampai dekat Colomadu memiliki beda ketinggian (menurun) sekitar 487 meter dengan panjang 27 kilometer.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Perbedaan ketinggian itu bersifat panjang landai kritis yang menciptakan semacam energi potensial atau gaya dorong terhadap kendaraan. Kondisi itu membuat risiko rem blong kendaraan meningkat karena harus sering-sering mengerem, apalagi jika kendaraan itu mengangkut beban berat.

“Jadi ada kendaraan besar, muatannya penuh, pakai gigi tinggi, maka dia akan berisiko didorong oleh gaya gravitasi. Hal ini akan memaksa pengemudi melakukan pengereman panjang dan berulang. Itulah yang menjadi cikal bakal terjadinya rem blong,” jelas Ketua Sub Komite Investigasi Kecelakaan Lalu Lintas Angkutan Jalan KNKT, Ahmad Wildan, saat dihubungi Solopos.com, Rabu (19/4/2023)

Wildan mengungkapkan dari hasil investigasi KNKT, dengan beda ketinggian 487 meter dan panjang 27 kilometer yang menjadi karakter jalan tol wilayah Boyolali itu, rem blong bisa terjadi di mana saja tergantung kondisi kendaraan.

“Ada kendaraan yang angin kompresornya sudah menurun kualitasnya, baru sebentar sudah blong. Jadi bisa ngeblong di mana saja,” tuturnya.

Wildan mengungkapkan dibutuhkan forgiving road atau jalur penyelamatan untuk menekan tingkat fatalitas kecelakaan di area sepanjang 27 km tersebut. “Kalau saran saya antara jarak [27 km] itu paling tidak tiga atau empat [forgiving road] lebih aman,” ujarnya.

Menunggu Keterangan Sopir Truk Penyebab Laka

Sebelumnya, KNKT melakukan investigasi terkait kecelakaan maut di Tol Boyolali KM 487+600 A arah Semarang-Solo selama dua hari yaitu Senin-Selasa (17-18/4/2023). Ada dua kejadian kecelakaan maut di lokasi itu. Pertama pada Jumat (14/4/2023), laka karambol melibatkan delapan kendaraan dan mengakibatkan delapan orang meninggal dunia.

Sedangkan kejadian kedua pada Sabtu (15/4/2023), mobil menyundul truk dan mengakibatkan tiga orang meninggal. KNKT mengkaji tiga elemen geometrik jalan tol yaitu penampang melintang jalan, lengkung horizontal, dan elemen vertikal.

KNKT juga menginvestigasi kendaraan yang menjadi penyebab kecelakaan. Wildan menyebut secara keseluruhan, kondisi kendaraan itu sebenarnya baik, back chamber juga masih bagus, utuh semuanya.

Namun, karena muatannya cukup berat, mencapai 50 ton ditambah berat kendaraan total jadi 70 ton. “Dengan berat 70 ton meluncur dari ketinggian Salatiga dengan gigi tujuh atau delapan, gaya dorongnya akan besar,” jelasnya.

Ketika gaya dorong besar, lanjut dia, pengemudi mengerem berkali-kali. Truk trailer penyebab laka maut tol Boyolali memiliki sistem rem full air brake, sehingga pengereman berkali-kali menyebabkan dua risiko yaitu ampas panas dan anginnya tekor.

Wildan menegaskan investigasi KNKT masih berlanjut karena ia belum bisa menanyai pengemudi truk trailer pengakut besi terkait adakah tanda-tanda angin tekor. Ia menjelaskan saat ini pengemudi dalam kondisi koma.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya