Soloraya
Minggu, 10 September 2023 - 14:43 WIB

Karena Rasanya, Capres Ganjar Pranowo Pesan Anggur Milik Petani Sragen

Tri Rahayu  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Tunjung Suhargo, 33, memetik anggur pesanan pelanggannya di Kebun Anggur Suhargo Farm yang terletak di Dukuh Kedungdowo RT 011/RW 005, Desa Ngarum, Kecamatan Ngrampal, Sragen, Kamis (7/9/2023). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN—Budi daya anggur impor memang menjadi primadona para petani milenial di Sragen karena prospek yang menjanjikan. Seperti kebun anggur milik petani milenial di Dukuh Kedungdowo, Desa Ngarum, Kecamatan Ngrampal, Sragen.

Dua kali panen sudah balik modal karena pelanggannya banyak, bahkan Calon Presiden (Capres) Ganjar Pranowo pun ikut pesan.

Advertisement

Kebun anggur dengan sistem green house tersebut milik Tunjung Suhargo, 33, pelati milenial yang tinggal di Dukuh Kedungdowo RT 011/RW 005, Ngarum.

Lokasi itu hanya 7-8 km dari pusat Kota Sragen yang dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Kebun itu bernama Suhargo Farm dengan luas lahan hanya 300 meter persegi.

Advertisement

Lokasi itu hanya 7-8 km dari pusat Kota Sragen yang dapat ditempuh dalam waktu 15 menit. Kebun itu bernama Suhargo Farm dengan luas lahan hanya 300 meter persegi.

Ada 65 batang pohon anggur dengan lima jenis anggur yang ditanam di kebun itu. Tanaman anggur itu sudah berumur setahun. Lima jenis anggur itu terdiri atas anggur basanti, tamaki, julian, dono, dan gos-v atau anggur hitam.

“Kebun anggur ini sudah jalan setahun. Kebetulan saya lulusan Fakultas Pertanian Unsoed [Universitas Jenderal Soedirman] Purwokerto. Akhirnya ya kembali ke pertanian. Kemudian saya tertarik untuk budi daya anggur. Awalnya lewat kakak dan tertarik lihat postingan. Budi daya anggur itu ada nilai estetikanya, keindahan seni, seperti harus membentuk cabang, merambatkan, pemupukan, hingga pemangkasan, sampai berbuah,” jelas Tunjung saat berbincang dengan Solopos.com, belum lama ini.

Advertisement

Dia bersama temannya mengerjakan media tanam, pupuk, dan lain-lain, mulai pertumbuhan, sampai pembuahan. Tunjung berperan sebagai tenaga ahli dan pengerjaaan teknis lapangan.

“Di kebun sampal ini sudah panen 1-2 kali. Rata-rata satu pohon bisa berbuah 5-10 kg. Harga anggur di kebun ini untuk semua jenis dijual sama, yakni Rp100.000 per kg. Ini masih edukasi masyarakat. Di Jawa Timur itu harga anggurnya sudah sampai Rp200.000 per kg. Kami masih membentuk sistem dulu, biar berjalan dan ada ketertarikan masyarakat dulu,” jelas dia.

Tunjung mengungkapkan pesanan anggur miliknya sudah tembus Kendal, Magelang, Jakarta sampai luar Jawa. Dia kirim barang lewat paket. Kalau pelanggan di seputaran Soloraya sampai Purwodadai dan Ngawi sering datang sendiri ke kebun.

Advertisement

“Pak Ganjar Pranowo juga pesan anggur sini lewat teman saya. Saat ekspo pertanian di Solo yang mau kedatangan Pak Ganjar, kemudian dicarikan sampel buah anggur ke sini. Dulu Pak Eric Thohir dan Sandiaga Uno juga mau datang pada 2022 tetapi momentumnya kurang pas, sehingga batal,” ujarnya.

Tunjung menyampaikan Ganjar pesan 10 kg dan rencananya menambah lima kg. Yang dipesan Ganjar, kata dia, merupakan anggur jenis basanti yang memang rasanya paling enak. Dia berencana mengembangkan basanti menjadi ikon anggur Sukowati.

Dia membuat branding basanti sukowati yang dengan sebutan anggur besti. Dari uji kelayakan rasa, jelas dia, rasa basanti itu paling juara di lidah. Saat muda rasanya seperti jambu dan saat sudah tua rasanya seperti apel.

Advertisement

Dalam mengembangkan bisnisnya, Tunjung menghabiskan modal Rp80 juta. Dia mengatakan modal itu sudah balik setelah panen kedua atau panen ketiga.

“Tantangan terberatnya hama, terutama jamur dan serangga atau kutu. Teknik green house itu untuk mengurangi hama itu. Dengan green house itu bisa mengurangi risiko hama sampai 80%. Ada juga tantangan orang karena hidup di desa,” kata dia.

Tunjung juga budi daya bibit anggur. Dia menjual bibit anggur dengan harga Rp75.000-Rp100.000 per batang tergantung jenis dan tingginya. Tunjung dulu hanya memiliki empat batang bibit anggur yang dibelinya secara impor dengan harga Rp600.000. Dengan empat bibit itu, Tunjung belajar dan mengembangkan dunia anggur.

Dia sudah belajar ke sejumlah wilayah di Jawa Tengah dan Jogja. “Saya belajar A-Z, belajar bikin bibit tanam sampai pembuahan. Sampai dapat proyek green house sekolah dan instansi lainnya,” ujar dia.

 

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif