SOLOPOS.COM - Penampilan komponis Addi Muljadi Sumaatmadja bersama Twilite Orchestra membawakan iringan musik saat Mangkunegaran Garden Orchestra di Pracima Tuin, Solo, Minggu (3/12/2023). Pertunjukan orchestra dengan mengiringi beberapa musik tersebut menjadi salah satu rangkaian dari Launching C-Access yang digelar PT KAI berkolaborasi dengan Pura Mangkunegaran Solo. (Solopos/Joseph Howi Widodo).

Solopos.com, SOLO–Warisan budaya gagasan para maestro Solo berhasil diabadikan oleh Twilite Orchestra yang dipimpin oleh komposer Addie MS saat menggelar Mangkunegaran Garden Orchestra di Pracima Tuin Pura Mangkunegaran Solo, Minggu (3/12/2023) malam.

Lagu Bengawan Solo karya Gesang Martohartono menjadi gubahan paling indah dari Twilite Orchestra sepanjang malam tersebut. Lagu tersebut terdengar khidmat dan mengharukan saat dinyanyikan bersama oleh paduan suara Twilite Orchestra dan para penonton malam itu. Rangkaian permainan Biola, cello, harpa, dan saksofon memberi makna mendalam bagi lagu. Twilite Orchestra berhasil membuat karya maestro Gesang itu bisa disejajarkan dengan The Flower Garden karya komposer Jepang Joe Hisaishi.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Twilite Orchestra juga berhasil membawakan lagu Stasiun Balapan karya alm. Didi Kempot menjadi sebuah karya penuh nuansa ballad dan penuh kesedihan, alih-alih lagu rakyat dengan nada gembira meskipun liriknya menyakitkan. Penyanyi Maria Calista juga berhasil membawakan lagu ini dengan cengkok khas dangdut yang pas, membuat lagu Stasiun Balapan tidak kehilangan sentuhan dangdut walaupun dibawakan oleh orkestra.

Tidak hanya Stasiun Balapan, karya dari Didi Kempot yang dibawakan oleh Twilite Orchestra malam itu adalah Pamer Bojo. Permainan Biola menguatkan lagu ini menjadi terdengar riang khas cengkok dangdut.

Disusul lagu Cikini ke Gondangdia yang diciptakan oleh Yogi dan Jaya Shalwa dan dipopulerkan oleh Duo Anggrek. Lagu ini justru terdengar seperti lagu-lagu gereja saat dibawakan paduan suara Twilite Orchestra.

Aransemen kelompok orkestra jenis kecil tersebut terbukti jitu saat membuat lagu anak Naik Kereta Api menjadi terdengar layaknya lagu klasik sekelas Experience karya Ludovico Einaudi. Karya ini tidak kehilangan kekhasannya sebagai lagu anak, tetapi memiliki nilai elegan dan mengharukan selayaknya musik klasik.

Penyanyi Memes ikut hadir untuk membawakan beberapa karyanya, antara lain Pesawatku, Terlanjur Sayang, serta karya Hendri Rotinsulu berjudul Payung Fantasi dan Dari Mana Datangnya Asmara. Suara emas Memes membawa permainan Twilite Orchestra semakin megah dan indah, terlebih karena permainan vokalnya dengan alunan musik mereka sudah saling melengkapi.

Twilite Orchestra juga mengajak tiga penyanyi senior yaitu Rita Effendy, Agus Wisman, dan Yana Yulio untuk menyanyikan medley lagu-lagu karya Fariz RM dan Chrisye.

Medley ini diisi dengan Sakura, Galih Ratna, dilanjutkan Serasa dan Juwita. Suara ketiganya bersatu dan tidak saling mendominasi, sementara transisi antar lagu dengan mulus dilancarkan oleh permainan saksofon dan biola Twilite Orchestra malam itu, membuat karya medley tersebut enak didengar dan indah.

Mereka juga membawakan lagu 50 Tahun oleh grup band Warna yang lebih sering didengar dengan alunan tempo musik populer. Oleh Twilite Orchestra, lagu tersebut berhasil terdengar layaknya musik klasik.

Twilite Orchestra membuka penampilan dengan karya klasik oleh komposer Perancis, Erik Satie, yaitu komposisi pertama Gymnopedie (Gymnopedie no. 1) dan menutupnya dengan Bohemian Rhapsody milik Queen.

Lagu yang terinspirasi dari permainan opera tersebut berhasil kembali ke opera saat dimainkan oleh Twilite Orchestra, karena mereka membuat Bohemian Rhapsody menyentuh ruang-ruang nada yang belum sempat tersentuh saat dimainkan dengan aransemen rock khas Queen.

Saat diwawancara media sebelum tampil, konduktor Twilite Orchestra Addie MS mengaku khawatir permainan berakhir buruk akibat timnya belum sempat mengadakan geladi resik (GR) menjelang tampil.

“Agak khawatir juga, malah belum sempat GR [geladi resik] ini kami, tapi kami yakin bisa,” ujar Addie MS sembari tertawa, Minggu (3/12/2023). Addie mengaku sejumlah persiapan sudah dilakukan oleh timnya jauh-jauh hari.

Addie sendiri yakin membawakan aransemen lagu Bengawan Solo karya Gesang karena penampilan mereka membawakannya di Kereta Panoramic dan di Stasiun Balapan beberapa hari sebelumnya berhasil memikat perhatian warga. Namun diakuinya pengalaman memainkannya di tengah taman merupakan kali pertama, karena Twilite Orchestra baru kali pertama menggelar Garden Orchestra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya