Soloraya
Senin, 14 Februari 2022 - 14:45 WIB

Kasus Bank Plecit, Kapolres Wonogiri: Jangan Takut Melapor

Luthfi Shobri Marzuqi  /  Haryono Wahyudiyanto  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Kapolres Wonogiri, AKBP Dydit Dwi Susanto, dimintai keterangan wartawan terkait kasus penganiayaan warga Wonogiri oleh karyawan bank plecit, Kamis (3/2/2022). (Istimewa/Polres Wonogiri)

Solopos.com, WONOGIRIKapolres Wonogiri, AKBP Dydit Dwi Susanto, meminta masyarakat korban penganiayaan bank plecit melaporkan ke polisi. Polres Wonogiri saat ini masih memeriksa para saksi.

“Kami sedang memeriksa lima saksi. Namun karena ada satu saksi yang sedang diisolasi mandiri karena Covid-19, jadi kami masih menunggunya sampai pulih,” ujar Kapolres Wonogiri, AKBP Dydit Dwi Susanto, saat ditemui wartawan di Mapolres Wonogiri, Jumat (11/2/2022).

Advertisement

Polres Wonogiri akan mengumpulkan semua saksi yang mengetahui dugaan tindak pidana tersebut. Ia juga berpesan kepada masyarakat agar tak perlu takut untuk melapor apabila merasa diancam. “Segera melapor ke kantor polisi terdekat. Saya tegaskan, semua warga punya kedudukan yang sama dan semua akan diproses sesuai hukum yang berlaku,” ucap Dydit.

Baca Juga: Dianggap Sering Merugikan Nasabah, Apa Dasar Hukum Bank Plecit?

Advertisement

Baca Juga: Dianggap Sering Merugikan Nasabah, Apa Dasar Hukum Bank Plecit?

Sebelumnya, Masyarakat di Kabupaten Wonogiri digemparkan dengan pemberitaan kasus penganiayaan yang diduga dilakukan bank plecit, beberapa waktu lalu. Mulanya laporan itu berasal dari tiga warga yang mengaku dianiaya hingga dua di antaranya dirawat di rumah sakit selama beberapa hari.

Salah satu pelapor yang mengaku mendapat kekerasan fisik, Rita, memberi kesaksiannya kepada Solopos.com. Ia menceritakan awal mula berurusan dengan bank plecit yang beberapa waktu melakukan kekerasan pada dirinya.

Advertisement

Baca Juga: Pengakuan Korban Bank Plecit Wonogiri, Polisi pun Diancam

Hubungan baik dengan Ronald itu memburuk tatkala Ronald mendatangi rumah Rita guna mencari nasabahnya yang lain. “Saya dijambak sampai jatuh. Dia sering begitu, ke rumah orang berbuat onar. Dia pikir dia jagoan,” ucap Rita.

Sejak memburuknya hubungan dengan Ronald, Rita sudah jarang berkomunikasi dengannya. Di sisi lain, usaha Ronald yang diklaim sebagai koperasi simpan pinjam (KSP) semakin berkembang dan maju.

Advertisement

Rita mengaku bekerja sebagai pegawai KSP namun berbeda dengan KSP milik Ronald. Ia memiliki nasabah bernama Nanik, yang kemudian Si Nanik juga memasukkan nasabah-nasabah lain ke KSP milik Ronald.

Baca Juga: Kesaksian Rita, Korban Bank Plecit Wonogiri: Pelaku Sok Jagoan

“Saya sudah mewanti-wanti Mbak Nanik, memberi tahu mereka orangnya bagaimana, terutama setelah mengetahui Mbak Nanik mendaftarkan nasabah-nasabah lain ke tempat Ronald,” imbuh Rita.

Advertisement

 

Ditampar

Seiring berjalannya waktu, nasabah yang dibawa Nanik bertambah banyak dan bermasalah pada keterlambatan pembayaran angsuran. “Saya ditelepon Mbak Nanik, katanya beliau sedang dicari Ronald,” kata Rita. Dia juga dihubungi Ronald untuk dimintai konfirmasi.

“Saya lalu datang ke rumah di Kecamatan Sidoharjo. Tapi sesampainya di depan pintu, saya langsung dimaki-maki. Badan saya dilempari satai, kaki saya diinjak sekeras-kerasnya, dan ditampar,” kisah Rita. Ia juga mengonfirmasi pada berita yang beredar beberapa waktu lalu bahwa yang diinjak adalah kakinya, bukan perut.

Baca Juga: Terjerat Bank Plecit, Warga di Wonogiri Diancam Dipecat dari Pekerjaan

Ia yang bersama Nanik saat kejadian itu disuruh bertanggung jawab atas data 90 nasabah yang sudah menandatangani surat promes (kesanggupan bayar) tapi saat tenggat waktu pembayaran tak ada kabar.

Ronald menuntut Rita dan Nanik, yang dianggap membawa puluhan nasabah itu, mengembalikan uang senilai Rp90 juta. “Mungkin karena dia enggak mau ambil pusing, jadi saya disuruh mengembalikan uang senilai Rp90 juta-nya,” ucap Rita.

Namun demikian, yang sangat disesalkan adalah penganiayaan yang dilakukan kepada Rita bersama dengan dua warga lainnya. “Saat itu oknum yang menganiaya ada tiga orang, salah satunya Ronald,” tuturnya. Selepas kejadian, Rita mengadukan penganiayaan yang dialaminya bersama Nanik dan Kartini ke polisi.

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif