SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

BOYOLALI — Kasus penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kabupaten Boyolali dalam dua bulan terakhir meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Hingga akhir Mei 2013, tercatat 71 kasus pasien penderita DBD di Kabupaten Boyolali, tiga orang di antaranya meninggal dunia. Satu pasien DBD dari Kecamatan Banyudono meninggal April lalu, sedangkan dua lainnya, masing-masing dari Kecamatan Klego dan Kecamatan Kemusu, meninggal Mei.

Kepala Dinkes Kabupaten Boyolali, Yulianto Prabowo, mengakui peningkatan jumlah kasus penyakit DBD di Kabupaten Boyolali, terutama dua bulan terakhir ini. Dijelaskan dia, penderita DBD tersebut masih didominasi anak-anak usia sekolah.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

”Hingga Mei lalu, tercatat ada tiga pasien DBD yang meninggal dunia,” ujar Yulianto, didampingi Kepala Bidang (Kabid) Pengendalian, Pemberantasan Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL), Ahmad Muzayin dan Kasi Pemberantasan Penyakit, Edy Siswanto, Jumat (7/6/2013).

Yulianto memaparkan peningkatan kasus serangan DBD tersebut dipicu kondisi cuaca ekstrim. Musim pancaroba yang terjadi saat ini membuat nyamuk aides agepty yang menjadi media penularan DBD mudah berkembang biak. Meskipun demikian menurut Yulianto, peningkatan serangan DBD tidak hanya terjadi di Kabupaten Boyolali, melainkan hampir merata di seluruh Jateng.

“Memang di Kabupaten Boyolali ada peningkatan, tapi sampai saat ini masih dapat dikendalikan,” kata Yulianto.

Sementara penyebab kematian bagi pasien yang positif terserang DBD, lanjut dia, rata-rata disebabkan keterlambatan penanganan terhadap penderita. Hal ini dikarenakan banyak orang tua yang tidak segera memeriksakan penderita ke Puskesmas.

“Kebanyakan penderita juga langsung dibawa ke rumah sakit. Padahal, jika penderita ditangani di Puskemas, meskipun masih berstatus suspect, penanganan antisipasi BDB di lingkungan korban dapat segera dilakukan,” ungkapnya.

Dari data Dinkes, kasus DBD pada periode yang sama tahun lalu tercatat hanya 51 kasus dengan satu orang meninggal. Sementara jumlah total kasus DBD 2012 selama setahun, mencapai 80 kasus dengan satu orang meninggal.

Edy menambahkan kasus serangan DBD tertinggi sampai dengan Mei ini, terjadi di Kecamatan Ngemplak sebanyak 19 kasus, disusul Kecamatan Banyudono sebanyak sembilan kasus, Kecamatan Nogosari sebanyak 11 kasus. Peningkatan itu juga terlihat dari hasil evaluasi tahunan terhadap daerah endemis DBD, sebanyak 30 desa di 14 kecamatan.

Sedangkan upaya menanggulangi dan mengantisipasi serangan penyakit tersebut, saat ini pihaknya semakin menggencarkan gerakan pembasmian sarang nyamuk (PSN), disertai pemeriksaaan jentik secara berkala oleh kader dan abatisasi. Selain itu, gerakan penyuluhan juga terus digencarkan, utamanya memberikan sosialisasi kepada masyarakat supaya tidak sampai terlambat penanganan pada korban DBD.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya