SOLOPOS.COM - Ilustrasi gagal ginjal akut pada anak. (Freepik.com)

Solopos.com, SRAGEN — Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen belum menemukan adanya kasus gagal ginjal akut misterius pada anak-anak di Bumi Sukowati. Meski begitu, Dinkes mengimbau para orang tua waspda dalam memberikan obat kepada si buah hati dan mengenali gejala umum gagal ginjal akut.

“Tingkat kewaspadaan pada tahap pra rumah sakit yaitu bila ditemukan pasien yang berusia di bawah 18 tahun dengan gejala demam, infeksi saluran pernapasan akut yaitu batuk dan pilek, serta gejala infeksi saluran cerna, maka orang tua diharapkan memantau tanda bahaya umum. Kemudian ditambah melakukan pemantauan jumlah dan warna urin di rumah,” terang Kepala Dinkes Sragen, Hargiyanto, pada Solopos.com, Rabu (19/10/2022).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Bila urin berkurang selama 24 jam atau tidak buang air kecil selama 12 jam, maka harus segera di bawa ke rumah sakit. Urin dikatakan berkurang jika berjumlah kurang dari 1 ml/kg BB/jam.

Seperti dikutip dari laman, kemenkes.go.id, sejak akhir Agustus 2022, Kementerian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menerima laporan peningkatan kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal/Acute Kidney Injury (AKI) yang tajam pada anak. Terutaman pada anak di bawah usia 5 tahun. Peningkatan kasus ini berbeda dengan yang sebelumnya, dan saat ini penyebabnya masih dalam penelusuran dan penelitian.

Baca Juga: IDAI Jateng Minta Dokter Anak dengan Pasien Gejala Gagal Ginjal Akut Melapor

Jumlah kasus yang dilaporkan hingga 18 Oktober 2022 sebanyak 206 dari 20 provinsi dengan angka kematian sebanyak 99 anak. Sementara angka kematian pasien yang dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta Pusat mencapai 65% di antaranya.

”Dari hasil pemeriksaan, tidak ada bukti hubungan kejadian AKI dengan Vaksin Covid-19 maupun infeksi Covid-19. Karena gangguan AKI pada umumnya menyerang anak usia kurang dari 6 tahun. Sementara program vaksinasi belum menyasar anak usia 1-5 tahun,” kata juru bicara Kemenkes, Syahril, dalam rilis berita tersebut.

Selain itu, Kemenkes juga telah menerbitkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Nomor HK.02.02./2/I/3305/2022 tentang Tata Laksana dan Managemen Klinis Gangguan Ginjal Akut Progresif Atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury) Pada Anak di Fasilitas Pelayanan Kesehatan sebagai bagian peningkatan kewaspadaan.

Cek Air Seni

Perlunya kewaspadaan orang tua yang memiliki anak balita dengan gejala penurunan jumlah air seni dan frekuensi buang air kecil dengan atau tanpa demam, diare, batuk pilek, mual dan muntah untuk segera dirujuk ke fasilitas kesehatan terdekat.

Baca Juga: IDAI Jateng: Kasus Gagal Ginjal Akut Misterius pada Anak Ditemukan di Banyumas

Keluarga pasien diminta membawa atau menginformasikan obat yang dikonsumsi sebelumnya dan menyampaikan riwayat penggunaan obat kepada tenaga kesehatan. Sebagai langkah awal untuk menurunkan fatalitas AKI, Kemenkes melalui RSCM telah membeli antidotum yang didatangkan langsung dari luar negeri.

Kemenkes sudah menerbitkan Keputusan Dirjen Yankes tentang Tata Laksana dan Manajemen Klinis AKI pada anak yang ditujukan kepada seluruh dinas kesehatan dan fasyankes. Kemenkes juga telah mengeluarkan surat edaran kewajiban penyelidikan epidemiologi dan pelaporan kasus AKI yang ditujukan kepada seluruh Dinas Kesehatan, fasyankes, dan organisasi profesi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya