SOLOPOS.COM - Aktivis peduli HIV/Aids membagikan kondom edukasi kepada para pedagang di Pasar Hewan Ampel, Boyolali, Sabtu (28/9/2013).(JIBI/Solopos/Septhia Ryanthie)

Solopos.com, BOYOLALI--Jumlah penderita baru HIV/Aids di Kabupaten Boyolali bertambah rata-rata mencapai 10 orang setiap bulan.

Demikian dikemukakan Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Boyolali, Titik Sumartini, ketika ditemui wartawan di sela-sela Kampanye Publik Kondom yang digelar di Pasar Ampel, Kecamatan Ampel, Boyolali, Sabtu (28/9/2013).

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Dijelaskan Titik, angka tersebut berdasarkan informasi data penderita baru yang berobat ke klinik voluntary counseling test (VCT) di Boyolali. Pihaknya menilai angka itu relatif rendah jika dibandingkan dengan bertambahnya jumlah penderita baru HIV/Aids di tingkat provinsi maupun nasional. Diakuinya, peningkatan jumlah penderita baru HIV/Aids tersebut baru terlihat beberapa tahun terakhir, meskipun sebenarnya kasus penyakit tersebut telah mencuat lama.

“Mungkin karena masa inkubasi HIV ini juga memakan waktu lima hingga 10 tahun walaupun sebenarnya kasusnya sudah dulu-dulu terjadi. Peningkatan jumlah penderita baru terlihat karena saat ini, kondisi penderita tersebut sudah menurun hingga akhirnya mau berobat,” ungkap Titik.

Di samping itu, Titik mengungkapkan saat ini mulai muncul kesadaran dari penderita HIV/Aids itu untuk berobat dan terbuka tentang penyakit mereka.

“Tapi kalau melihat data, dari angka di Boyolali kelihatannya menurun. Sampai semester I tahun ini, jumlah penderita yang teridentifikasi ada sekitar 46 orang. Mudah-mudahan ada penurunan dan melalui kampanye ini tadi kami sampaikan agar penularan HIV/Aids stop sampai di sini,” tegasnya.

Titik menyebutkan Kecamatan Ampel saat ini menempati posisi teratas daerah di Kabupaten Boyolali dengan jumlah penderita HIV/Aids paling banyak.

“Jumlah penderita HIV/Aids di Ampel paling banyak, disusul Kecamatan Mojosongo,” tambahnya.

Titik mengakui masih banyak kendala penanggulangan penyakit tersebut, mulai dari sikap penderita yang cenderung tertutup, hingga stigma masyarakat terhadap penderita HIV/Aids yang berimbas pada mengucilkan orang dengan HIV/Aids (ODHA). Namun Titik mengatakan penanggulangan itu tetap dioptimalkan dengan menempuh berbagai langkah.

“Salah satunya ya melalui kampanye ini,” imbuh dia.

Meskipun ada sejumlah pihak menilai negatif Kampanye Publik Kondom karena dianggap mendukung perilaku seks bebas, Titik menegaskan bukan itu tujuan kampanye tersebut diadakan. Titik menjelaskan langkah itu merupakan penyuluhan kondom edukasi, yang disosialisasikan adalah penggunaan kondomnya untuk pencegahan penularan HIV/Aids.

“Sebab dari data yang ada, kasus penularan HIV/Aids, 80 persennya melalui hubungan seksual. Kondom ini merupakan cara efektif untuk mencegah penularan tersebut. Tentu dengan catatan, kondom digunakan oleh pasangan yang sudah menikah,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya