SOLOPOS.COM - Ilustrasi leptosprirosis (Dok/JIBI)

Ilustrasi leptosprirosis (Dok/JIBI)

WONOGIRI–Sembilan warga di tiga dusun di Desa Bero, Kecamatan Manyaran positif terjangkit bakteri Leptospira yang menyebabkan penyakit Leptospirosis. Jumlah itu hampir sama pada 2011 lalu dengan jumlah penderita sembilan orang. Tapi, bedanya kejadian itu tersebar di lima kecamatan.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Suprio Heryanto, mewakili Kepala Dinas Kabupaten (DKK) Wonogiri Widodo, mengatakan tiga dari sembilan orang penderita sempat dirawat di Puskesmas Rawat Inap Wuryantoro. Namun, ketiganya telah diperbolehkan pulang karena terkena gejala ringan.

“Setelah mendapat laporan itu, kami melakukan pemeriksaan dengan mengambil sampel warga di dusun Pagean dan Jetis untuk melihat penyebaran bakterinya. Pemeriksaan itu dengan Liptotek [alat pemeriksaan sementara untuk gejala awal Leptospirosis]. Pemeriksaan pertama kami lakukan sekitar dua pekan lalu. Hari ini [Selasa], kami lakukan pemeriksaan lagi karena awal Maret ada satu warga yang terjangkit Leptospirosis,” katanya saat dihubungi Espos, Selasa (19/3).

Pihaknya hanya memeriksa dua dusun yakni Pagean dan Jetis karena dua warga yang dirawat itu terjangkit bakteri dari lingkungan sekitar. Sedangkan satu dusun lainnya yakni Pucang Anom tidak dilakukan pemeriksaan karena warga di dusun tersebut terjangkit Leptospirosis saat berada di Jakarta. Ia pulang ke kampungnya dalam keadaan sakit.

Hasil dari pemeriksaan sementara dengan mengambil sampel 22 warga di dua dusun tersebut, ditemukan enam orang positif terkena Leptospirosis. Hanya, mereka tidak sampai menimbulkan gejala seperti demam, pembesaran hati dan nyeri di kaki. Mereka lalu diberi obat antibiotik untuk mematikan bakteri.

Berdasarkan pengamatan di lokasi, DKK menyimpulkan binatang tikus yang membawa bakteri Leptospira mudah ditemukan di dalam rumah, pekarangan warga, kebun dan sawah. Lokasi itu dipergunakan warga sebagai tempat penimbunan hasil pertanian.

Ia pun mengimbau untuk membiasakan mencuci tangan memakai sabun setelah kontak dengan tanah sawah atau lingkungan rumah. “Selain itu, sebaiknya menghindari timbunan sampah di dalam rumah dan pekarangan karena tikus sering bersarang di tempet semacam itu,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya