SOLOPOS.COM - Ilustrasi korban pelecehan seksual secara verbal. (freepik)

Solopos.com, SEMARANG – Terungkapnya pelecehan seksual terhadap santriwati pondok pesantren (ponpes) di Jatipuro, Kabupaten Karanganyar, menambah daftar panjang kasus pelecehan seksual di lingkungan pendidikan agama di Prrovinsi Jawa Tengah (Jateng).

Kasus pelecehan seksual terhadap sejumlah santriwati salah satu pondok pesantren (ponpes) di Jatipuro, Kabupaten Karanganyar terbongkar dari curhatan salah seorang korban kepada teman dekatnya.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Dalam curhatan itu, korban mengaku menerima tindakan tak senonoh dari guru ngaji yang juga pimpinan ponpes setempat berinisial, AB.

“Korban ini cerita sama pacarnya. Korban juga tiba-tiba minta dijemput orang tuanya. Ingin keluar dari pondok,” ungkap Ketua Divisi Pelaporan dan Pendampingan Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan Dan Anak (P2TP2A) Kabupaten Karanganyar, Anastasia Sri Sudaryatni, Rabu (6/9/2023).

Saat itu, lanjut dia, korban tidak menceritakan kepada orang tuanya alasan ingin keluar dari pondok pesantren itu. Hingga akhirnya seorang guru Bimbingan Konseling (BK) di ponpes ini memanggil korban.

Dari keterangan inilah diperoleh informasi bahwa korban menerima tindakan pelecehan seksual dari AB. Hingga akhirnya kasus tersebut dilaporkan ke Polres Karanganyar dan langsung diambilalih Polda Jawa Tengah.

Korban kasus tersebut saat ini mendapat pendampingan dari P2TP2A Karanganyar. Pendampingan dilakukan dari mulai pemeriksaan di polisi sampai pemulihan traumatis santriwati tersebut.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Karanganyar, Agam Bintoro, mengatakan seluruh korban masih dalam pendampingannya. Mereka dipersilakan tetap bersekolah.

“Kita jaga agar mereka tak tenggelam dalam trauma. Tetap harus sekolah. Jangan dulu ke ponpes itu supaya menghindari tekanan mental,” jelas Agam.

Dia memastikan Pemkab akan melindungi hak-hak para santriwati yang menjadi korban. Hak itu di antaranya mengenyam pendidikan, bergaul, dan bermasyarakat. Identitas korban juga dijaga ketat agar tidak terjadi perundungan.

Pemkab Karanganyar menyerahkan sepenuhnya penanganan kasus tersebut ke pihak berwajib. Dia meminta polisi mengusut tuntas sampai seluruh korban mendapat keadilan.

Sementara itu warga tak menyangka pimpinan Ponpes berinisial AB, 40, tega melakukan pelecehan terhadap anak didiknya. Di masyarakat, AB dikenal sosok agamais, ramah, dan baik.

Kades Jatipuro, Rakino, mengatakan Ponpes tersebut telah ada sejak puluhan tahun silam. Kasus pelecehan terhadap para santriwati pun baru kali pertama terjadi sehingga membuat heboh warga setempat.

“Ya jadi heboh gara-gara itu. Masyarakat kaget kok bisa sampai ada kasus itu,” kata dia saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (6/9/2023).

Dia mengatakan sosok pimpinan Ponpes berinisial AB selama ini dikenal orang yang baik dan ramah. Setiap malam Jumat, ponpes tersebut rutin menggelar pengajian yang dihadiri warga setempat. Bahkan masyarakat dari luar Jatipuro pun ada yang datang. Pengajian itupun kerap menghadirkan ulama terkenal dari berbagai daerah di Indonesia.

Jumlah santri di Ponpes tersebut ada sekitar 40-an. Santri berasal dari Karanganyar dan beberapa daerah lain seperti Wonogiri, Sragen, Salatiga, dan sebagainya. “Cukup kaget saja. Yang bersangkutan (AB) ini masih muda dan ganteng. Istrinya juga supercantik,” katanya.

Selepas kasus pelecehan ini mencuat, dia mengatakan aktivitas ponpes masih berjalan seperti biasa. Hanya kondisinya tampak sepi.

Kabid Humas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Stefanus Satake Bayu, saat dimintai konfirmasi wartawan Karanganyar melalui sambungan telepon membenarkan kasus tersebut. Kasus tersebut tengah ditangani Polda.

“Ada lima santriwati yang menjadi korban. Mereka dari Karanganyar dan Wonogiri,” kata dia, Rabu.

Stefanus mengatakan penyidik telah memeriksa sembilan orang terdiri dari pelapor, lima korban namun satu korban di antaranya belum dapat dimintai keterangan, orang tua korban, guru BK, dan terlapor.

“Pelaku sudah kita tahan. Ia adalah pimpinan ponpes di sana,” kata dia.

Lebih jauh Stefanus menjelaskan kegiatan di ponpes hingga kini masih berjalan seperrti biasa. Tidak ada penutupan terhadap proses ponpes tersebut.

Pendampingan

Sementara itu Kepala Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Jateng, Ahmad Mustain, mengaku prihatin. Ia pun menyerahkan sepenuhnya kasus pelecehaan santriwati di Karanganyar yang diduga dilakukan guru ngaji yang juga pimpinan pondok itu kepada aparat kepolisian, dalam hal ini Polda Jateng.

“Kemenag Karanganyar bersama instansi terkait juga telah hadir di pesantren untuk memberikan pendampingan kepada santri, menenangkan, dan memastikan mereka aman dan sehat. Selain itu, kami juga mencoba menggali informasi yang terjadi,” ujar Mustain kepada Solopos.com, Rabu (6/9/2023).



Mustain juga mengaku terkejut dengan kasus pelecehan seksual terhadap santriwati yang terjadi di ponpes di wilayah Jatipuro, Kabupaten Karanganyar. Hal ini dikarenakan dalam kesehariannya, ponpes itu dikenal sebagai lingkungan yang aman dan tidak pernah menunjukkan tanda-tanda adanya kekerasan seksual.

“Aparat desa dan Kemenag Karanganyar terkejut. Tidak menduga ada kejadian itu [pencabulan], karena sehari-hari tidak ada tanda-tanda atau gejala yang mengarah ke kejadian itu. Kita berpraduga tidak bersalah. Tetapi kalau benar terjadi pencabulan kepada santri, maka pelakunya harus dihukum,” tegasnya.

Saat disinggung mengenai hasil, proses, maupun pengawasan dari Tim Evaluasi Penyelenggaraan Pondok Pesantren yang dibuat seusai kasus pencabulan di Ponpes Batang pada April 2023 lalu, Mustain irit bicara.

Padahal sebelumnya, tim tersebut dibentuk untuk mengevaluasi secara besar-besaran seluruh pondok pesantren (ponpes) di 35 kabupaten/kota di Jateng. Tujuannya, tak lain mencegah terjadinya kasus kekerasan seksual di lingkungan pendidikan agama, terutama ponpes.

“Kita ikuti dulu proses hukumnya. Setelah jelas duduk permasalahannya. Kita ambil langkah tindak lanjut yang tepat. Prioritas kita saat ini adalah pendampingan kepada para santri agar tenang, merasa ada yang mendampingi, aman dan sehat,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya