SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). (Freepik).

Solopos.com, BOYOLALI – Keluarga korban dalam kasus kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) suami bunuh istri di Gladagsari, Boyolali datang saat rekonstruksi di tempat kejadian perkara pada Rabu (26/10/2022).

Seusai rekonstruksi, adik korban yang berdomisili di Kecamatan Selo, Kardiman, 45, masuk ke rumah kakaknya, Sri Suyatmi, 50 di Dukuh Sewengi, Desa Kembang, Kecamatan Gladagsari, Kabupaten Boyolali tersebut.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

“Sebelumnya sudah ada keluhan dari korban begitu terkait KDRT [kekerasan dalam rumah tangga] tapi cekcok rumah tangga kan biasa. Kalau harapan saya tidak sampai segitu teganya,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di rumah korban.

Kardiman menjelaskan beberapa perlakuan tersangka, Tarman, 40, kepada kakaknya yang pernah didengar seperti dikejar-kejar saat di ladang, hingga diancam akan dibunuh. Ada pula ancaman akan dibacok dan akan ditali hingga meninggal.

“Itu kekerasan dan sekarang sudah kelihatan. Terlalu sadis dan kejam,” ucapnya dengan mata yang memerah.

Baca juga: FOTO TKP BANK PANIN PALUR : Mengamankan Lokasi Olah TKP

Kardiman juga mengatakan tiga hari sebelum kejadian pembunuhan, dirinya dan keluarga sempat berusaha mendamaikan korban dan tersangka agar tidak terjadi kekerasan. Upaya perdamaian tersebut dilakukan pada saat acara sadranan di rumahnya, Kecamatan Selo.

Akan tetapi, tiga hari setelahnya, korban harus meninggal dunia di tangan tersangka yang merupakan suaminya sendiri.

“Kami dari pihak keluarga minta, kalau bisa [tersangka] dihukum mati. Kalau orang mengatakan utang nyawa harus dibayar nyawa,” jelasnya.

Senada, anak korban yang tinggal di Klaten, Eko Susilo, 29, mengatakan dirinya juga ingin tersangka dihukum mati. Dirinya awalnya tak menyangka ibunya akan dibunuh oleh ayah tirinya.

Sebelumnya, dirinya selalu menanyakan terkait keharmonisan hubungan ibunya dan tersangka. Akan tetapi, ibunya selalu menjawab baik-baik saja.

Baca juga: REKONTRUKSI DI POSPAM GEMBLEKAN

“Saya sebagai anak sangat shock dan merasa sangat kehilangan. Apalagi meninggalnya dengan cara dibunuh. Jadi saya sangat sakit begitu,” kata dia kepada wartawan.

Dirinya mengaku sangat sakit hati dengan perbuatan tersangka, bahkan dirinya tidak ingin melihat wajah tersangka.

“Memang karena mungkin kebencian saya terhadap tersangka, saya enggak akan pernah mau melihat wajahnya selamanya sebelum orangnya mati, itu saja. Tadi saya enggak ke sini karena saya jagain rasa saya nanti kalau merasa panas terus di luar kendali,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya