SOLOPOS.COM - Ilustrasi sawah tergenang banjir di Sragen.

TERENDAM -- Salah satu lahan persawahan di wilayah Tanon, Sragen, terlihat terendam air banjir, Senin (2/1/2012). (JIBI/SOLOPOS/Syahaamah Fikria)

SRAGEN – Banjir di Sragen yang disebabkan curah hujan tinggi dan meluapnya anak sungai Bengawan Solo sejak Minggu (1/1/2012) malam, telah menenggelamkan ribuan hektare area pertanian di Plupuh dan Tanon.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Banjir juga telah mengakibatkan ratusan rumah terendam. Beberapa jalan penghubung antar kampung juga lumpuh.
Berdasarkan pantauan Espos di beberapa lokasi banjir, ribuan hektare area pertanian di 10 desa di Plupuh dan 7 desa di Tanon, hingga Senin (2/1/2012), masih terendam air.

Dari data yang dihimpun di masing-masing kecamatan, di Plupuh ada total 842 hektare area pertanian yang tenggelam dengan ketinggian sekitar satu meter. Lahan pertanian itu ditanami padi berusia 40-50 hari dan palawija. Sedangkan di Kecamatan Tanon, ada sekitar 716 hektare area pertanian yang tenggelam, yang terdiri dari lahan tanam padi, cabai, kacang panjang, bawang merah, ceme, pare dan melon. Ketinggian air di area pertanian di Tanon mencapai dua meter lebih, yang mengakibatkan ratusan hektare lahan bak lautan air. Bahkan, pohon pisang dan jati yang ditanam di area persawahan pun hanya terlihat ujungnya.

“Untuk penghitungan kerugian area pertanian yang terendam, akan ditunggu sampai dua-tiga hari dulu. Jika dalam waktu itu air bisa surut berarti panen nanti tak begitu terganggu, paling berkurang sedikit. Tapi kalau sampai tujuh hari keadaannya belum stabil, berarti sudah tak ada harapan. Saat ini kami masih koordinasi dengan Dinas Pertanian,” tutur Camat Plupuh, Sektiyono.

Di samping area pertanian, ratusan rumah dan beberapa jalan penghubung antardesa dan antarkampung juga terendam air. Camat Tanon, Qomar Effendi, mengungkapkan ada sedikitnya 188 rumah dari 203 kepala keluarga (KK) di lima desa di Tanon yang sudah terendam air, dengan ketinggian 25 cm-1 meter. Rumah yang terendam itu di antaranya 60 rumah di Desa Gawan, 56 rumah di Desa Kecik, enam rumah di Desa Pengkol, 51 rumah di Desa Padas dan 15 rumah di Desa Jono.

“Kami telah menyiapkan dua posko banjir di masing-masing desa, yakni di balai desa setempat dan di salah satu rumah penduduk yang aman. Sejauh ini, sudah ada beberapa KK di Desa Padas yang mengungsi,” tutur Qomar.Sementara itu, imbuh dia, ada kepala desa (kades) yang sudah menyiapkan perahu guna antisipasi evakuasi korban banjir.

Di Plupuh, meski belum ada laporan resmi tentang jumlah rumah yang terendam air, namum, dikatakan salah seorang perangkat Desa Dari, Kamdi, di Dusun Padas dan Nglengki ada sekitar 35 rumah yang terendam air dengan ketinggian 25 cm, serta 15 rumah terendam ketinggian lebih dari setengah meter.

“Jalan penghubung kampung di Desa Dari juga lumpuh karena tergenang air ketinggian lutut orangdewasa. Kalau untuk lahan pertanian, kami pasrah saja, paling ditunggu sampai dua hari jika airnya tidak surut berarti gagal panen,” tutur Kamdi.

Sementara beberapa jalan penghubung antarkampung, desa dan kecamatan hingga Senin masih terendam. Seperti jalan penghubung Kecamatan Plupuh dan Masaran yang melewati Desa Karanganyar kemarin terendam air dengan ketinggian setengah meter. Jalan penghubung Desa Jono dan Gawan, Tanon, juga terendam air yang mengalir cukup deras. Puluhan warga sekitar ikut turun ke jalan guna membantu para pengendara kendaraan bermotor agar tak terjebak arus air.

JIBI/SOLOPOS/Syahaamah Fikria

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya