SOLOPOS.COM - Filolog Museum radya Pustaka, Totok Yasmiran menunjukkan naskah Kawruh Kambeng sebagai salah satu koleksi museum, Rabu (16/8/2023). Manuskrip ini berisi tata arsitektur bangunan bergaya Jawa. (Istimewa/Dokumentasi Museum Radya Pustaka)

Solopos.com, SOLO–Serat Kawruh Kambêng atau Kawruh Kalang bernomor katalog RP 225. Naskah ini tersimpan di Museum Radya Pustaka Solo bersama ratusan manuskrip kuno dan ratusan koleksi pustaka lama.

Kata kambêng menurut Kamus Jawa Kuna-Indonesia berarti kalang dan joged. Merujuk pada kata kalang, maka kambêng artinya orang yang memiliki pekerjaan sebagai tukang kayu dan bangunan. Maka di Kecamatan Jebres, ada satu kampung bernama Kampung Kalangan yang konon berisi orang-orang atau wong kalang.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

kawruh kalang
Naskah serat Kawruh Kalang. (Solopos.com/Afifa Enggar Wulandari)

Kawruh Kalang ini serupa panduan teknis arsitektur zaman dulu. Isinya variatif, namun rata-rata menjelaskan kerangka bangunan, ukuran, bahan, dan penataan hunian rumah masyarakat Jawa. Naskah tersebut juga berisi gambar kerangka bangunan lengkap dengan ukuran dan perhitungannya.

Menurut Filolog Museum Radya Pustaka, Totok Yasmiran, manuskrip ini dikarang oleh Bupati Kalang Wrêksanagara.Tidak tebal, naskah ini hanya berjumlah 26 halaman dilengkapi ilustrasi. Sedangkan media penulisannya berupa kertas dengan ukuran naskah 32 cm x 20 cm. 

“Jumlah halaman ada 26 dengan ukuran naskah 32 cm x 20 cm dan pada halaman tertentu terdapat ilustrasi bagian-bagian rumah,” kata Totok kepada Solopos.com, Selasa (15/8/2023).

Naskah ini membahas tentang arsitektur tradisional Jawa dan pertukangan. Dalam khazanah pernaskahan Jawa, suatu manuskrip Jawa bisa berisi teks berbentuk prosa, tembang, babad, suluk, dan lainnya. Namun Kawruh Kambêng berbentuk prosa. Sebagian dari naskah ini berilustrasikan konstruksi rumah Jawa.

Naskah Kawruh Kambêng ditulis di Solo pada 1890 lalu. Keterangan waktu penulisan tersebut berada di halaman terakhir naskah. Totok menyebut, pada naskah tertulis 1820 tahun Jawa dan 1890 Masehi, 

“Catatan memuat penjelasan bentuk rumah dan ukurannya. Halaman 79 [terakhir], tertulis 1820 tahun Jawa dan 1890 Masehi,” kata dia.

Bila dilakukan pembacaan mendalam, naskah ini ditujukan para tukang bangunan. Sebab dalam naskah, banyak membahas tentang bagian-bagian konstruksi dari bangunan. Pembahasan begitu lengkap. Penulis tidak hanya menyampaikan seperti apa konstruksinya, namun juga di mana letak bagian konstruksi yang ia maksud. Selain itu, penulis juga menyajikan detail pengukuran dan panduan menentukan panjang dan lebar.

“Disampaikan pula letak konstruktifnya dari keseluruhan kerangka bangunan. Dengan muatan isi seperti ini, dapat dikatakan bahwa sasaran yang dituju dari naskah ini adalah tukang bangunan,” kata Totok.

Menurut Totok, kegiatan perencanaan dan perancangan bangunan dilakukan oleh seseorang yang dianggap ahli oleh lingkungan masyarakat setempat. Ahli bangunan atau kini serupa arsitek, itu bertanggungjawab mengembangkan konsep dan pemikirannya untuk menciptakan rumah tinggal yang representatif.

Para ahli bangunan itu konon dilatih dan dididik oleh para guru adat yang kebanyakan dari lingkungan kraton. Sedangkan guru adat, belajar dari membaca ajaran-ajaran yang bersifat simbolik yang dibuat oleh pujangga.

Pengetahuan-pengetahuan tentang pembuatan rumah tersebut kemudian dituliskan dalam bentuk naskah supaya pengetahuan yang bersifat turun temurun dapat dibaca dan diketahui oleh masyarakat luas.

“Jadi [hasil] rumah tinggal tergantung pada ahli bangunan dari pihak calon pemakainya,” kata dia. 

Meski berusia 100 tahun lebih, isi naskah Kawruh Kambêng masih relevan dipakai sebagai referensi dan rujukan membangun bangunan. Apa lagi dalam membangun bangunan berkonsep hunian Jawa.

“Ya jelas [relevan],” pungkas Totok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya