SOLOPOS.COM - Petugas Damkar Satpol PP dan Damkar Klaten bersama sukarelawan memadamkan api yang melalap daun kering, semak, dan rumput di salah satu bukit wilayah Kecamatan Bayat, Klaten, beberapa waktu lalu. (Istimewa/Damkar Satpol PP dan Damkar Klaten)

Solopos.com, KLATEN — Petugas Damkar Satpol PP dan Damkar Klaten serta sukarelawan beberapa waktu terakhir disibukkan dengan pemadaman kebakaran lahan serta hutan. Sepanjang September ini, tercatat ada delapan kejadian kebakaran hutan.

Padahal, ada Juli dan Agustus tidak ada laporan kejadian kebakaran hutan. Mayoritas kejadian kebakaran lahan dan hutan terindikasi akibat aktivitas pembakaran sampah. Sedangkan wilayah yang kerap terjadi kebakaran hutan yakni di wilayah selatan seperti Gunung Pegat dan Bukit Jabalkat.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Kepala Satpol PP dan Damkar Klaten, Joko Hendrawan, melalui Kabid Damkar, Sumino, mengatakan tren kejadian kebakaran lahan dan hutan meningkat sejak Juli atau sejak awal musim kemarau.

“Kalau sebelumnya kebakaran lahan, sekarang sudah merambah ke kebakaran hutan. Sudah hampir sepekan ini [ada kejadian kebakaran hutan]. Kemarin saja ada dua lokasi. Luasnya kalau 8 hektare ada untuk kejadian kemarin saja,” kata Sumino saat berbincang dengan Solopos.com, Rabu (13/9/2023).

Kebakaran hutan terutama terjadi di wilayah selatan Klaten seperti di perbukitan yang dikenal dengan nama Gunung Pegat dan Gunung Jabalkat di Kecamatan Bayat. Kebakaran di Gunung Pegat mengancam permukiman.

Sementara kebakaran di Gunung Jabalkat mengancam makam Sunan Pandanaran. “Tidak sampai ke permukiman. Tetapi yang dikhawatirkan kalau tidak segera dipadamkan, bara apinya terbawa angin bisa sampai ke permukiman,” kata Sumino.

Pemadaman api yang membakar semak, daun kering, serta rumput di kawasan perbukitan tersebut melibatkan sukarelawan desa, kecamatan, masyarakat peduli api (MPA), serta tim reaksi cepat (TRC) BPBD Klaten.

“Ada beberapa kali kejadian kebakaran lahan dan hutan sudah ditangani langsung oleh sukarelawan,” kata Sumino. Soal penyebabnya, Sumino tak mengetahui secara persis.

Namun, kebakaran hutan di Klaten diduga berasal dari aktivitas pembakaran sampah yang meluas. Sumino mengimbau agar warga tidak melakukan aktivitas pembakaran sampah di lahan maupun hutan.

Aktivitas itu sangat berisiko memicu kebakaran hutan, terlebih ketika kemarau seperti saat ini. “Ilalang yang masih ada di lahan kosong sebaiknya dipotong agar tidak berpotensi terbakar. Bisa dipotong secara bertahap kemudian ditimbun dengan membuat lubang di tanah,” kata dia.

Selain ditimbun, daun kering maupun rerumputan bisa diolah menjadi pupuk ketimbang dibersihkan dengan cara dibakar. “Warga yang tinggal di dekat hutan kami imbau meningkatkan kewaspadaan dengan membantu patroli pengawasan mencegah terjadinya kebakaran hutan,” jelas dia.

Sementara itu, berdasarkan data Satpol PP dan Damkar Klaten selama Juli hingga Rabu (13/9/2023) total ada 156 kejadian. Berikut data lengkapnya:

Juli                     
Lahan kosong dan lahan tebu: 41
Hutan: 0
Rumpun bambu: 9
Bangunan/rumah: 7
Oven kayu/briket: 2
Kendaraan: 1

Agustus
Lahan kosong dan lahan tebu: 29
Hutan: 0
Rumpun bambu: 15
Bangunan/rumah: 15
Oven kayu/briket: 2
Kendaraan: 1

September
Lahan kosong dan lahan tebu: 14
Hutan: 8
Rumpun bambu: 8
Bangunan/rumah: 3
Oven kayu/briket: 1
Kendaraan: 0

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya