Soloraya
Rabu, 21 Oktober 2015 - 21:10 WIB

KEBAKARAN LAWU : Begini Ritual Pendaki Gunung Lawu

Redaksi Solopos.com  /  Rini Yustiningsih  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Evakuasi pendaki Gunung Lawu terjebak kebakaran (Sri Sumi H/JIBI/Solopos)

Kebakaran Lawu memakan korban. Namun masih ada pendaki yang bertahan di puncak.

Solopos.com, KARANGANYAR – Delapan pendaki hingga Rabu (21/10/2015) masih bertahan di puncak Gunung Lawu. Mereka beralasan masih menjalani ritual meskipun lereng hutan Gunung Lawu terbakar.

Advertisement

Hanya tujuh pendaki yang bersedia turun gunung Lawu setelah dibujuk Tim SAR. Salah satu pendaki yang turun yakni Muhammad Hanung, 34.

Mengenakan beberapa lapis pakaian di balik jaket motif loreng, dia duduk bersama salah seorang pendaki lain. Hanung, warga Pengging, Banyudono, Boyolali. Dia naik ke Gunung Lawu melalui Cemoro Sewu pada Minggu (11/10).

Hanung sering melakukan ritual menjelang Sura setiap tahun. Lama tirakat di puncak Lawu sesuai kehendak hati. Hanung mengaku pernah meninggalkan anak dan istrinya selama enam bulan, bahkan satu tahun.

Advertisement

“Niatan tirakat, menyatukan diri dan mendekatkan diri dengan alam. Pas kebakaran ya lihat. Titik kebakaran rata. Lihat jelas. Ya tetap lanjut aktivitas.  Yakin dilindungi,” ujar dia saat ditemui wartawan di pos pendakian Candi Ceto.

Hanung sempat menolak diperiksa sejumlah anggota PMI. Namun akhirnya dia mau diperiksa tekanan darah. Hanung mau turun dari puncak setelah dijemput 13 anggota SRU.

“Menghormati Tim SAR. Kasihan sudah memohon agar kami mau turun. Mereka juga berisiko kalau kami tidak mau turun,” tutur dia.

Advertisement

Hanung bertahan dengan memakan dedaunan yang dapat dimakan. Hanung naik seorang diri. Tetapi, dia bertemu 14 orang lainnya yang melakukan ritual serupa.

“Yang lainnya belum mau turun. Masih ingin tirakat. Ada juga yang mau bantu Tim SAR mematikan api.”

Advertisement
Kata Kunci : Kebakaran Lawu
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif