SOLOPOS.COM - Sukarelawan akan berangkat ke puncak Merbabu untuk memadamkan kobaran api, Rabu (30/9/2015). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Kebakaran Merbabu, sukarelawan masih berjibaku memadamkan kobaran api di sekitar puncak Merbabu.

Solopos.com, BOYOLALI–Dari sambungan handy talky (HT) yang ada di Posko Penanggulangan Kebakaran Hutan Merbabu di Desa Ngagrong, Kecamatan Ampel, suara seorang anggota Remaja Merbabu Pecinta Alam (Rempala), Nur Dwi, terdengar jelas menyampaikan perkembangan terakhir kondisi kebakaran di Gunung Merbabu, Rabu (30/9/2015) sekitar pukul 10.00 WIB.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Nur Dwi saat itu melaporkan api sedang bergerak turun atau mendekat pos 1 Merbabu mengikuti pergerakan arah angin. Angin bergerak kencang membuat api menjalar ke arah utara, yakni di atas Gua Kalong, Dukuh Candilaras, Desa Candisari, Kecamatan Ampel.

“Minimnya alat pemadam manual jadi kendala kami. Tim kami hanya bawa tujuh gepyok untuk memadamkan api,” kata Nur Dwi kepada Suripno, Pengawas dan Pembina Relawan Rempala yang berjaga di posko.

Data di posko, peralatan yang tersedia untuk upaya pemadaman adalah gepyok sebanyak 30 buah dan sabit 50 buah.

Dengan peralatan sederhana itulah tim berusaha melokalisasi api dengan membuat sekat untuk memutus sebaran api. Sementara gepyok dipakai untuk memadamkan api.

Upaya untuk melokalisasi api pada Senin-Selasa (28-29/9/2015) tak membuahkan hasil karena tim menemui medan yang curam. Tim belum bisa bereaksi apa-apa karena dari puncak, api dengan mudahnya membakar lereng. Tim hanya “mengalah” dengan kobaran api dan akhirnya bergerak mundur.

Begitu mengetahui bahwa api sedang bergerak turun, Danramil Ampel, Kapten (Arm) Joko Priyanto, dari posko mengingatkan kepada tim sukarelawan yang sedang bergerak “menjemput” api untuk berhati-hati.

“Ketika mendengar suara api, kami minta untuk berhenti. Pergerakan api di gunung sangat cepat. Dikhawatirkan jika tidak sempat membuat sekat atau melokalisasi api, justru mengancam nyawa karena api bisa saja mengepung,” kata Joko.

Menurut Joko, api mulai bergerak turun ke bawah karena hutan di wilayah puncak nyaris hangus.

Meskipun bergerak turun, namun kobaran api masih jauh dari permukiman warga sekitar 10 kilometer.

Kebakaran yang terjadi sejak Minggu (27/9) malam diketahui sudah membakar sekitar 50 hektare lahan di Gunung Merbabu sektor Ngagrong. Selama tiga hari, setidaknya sudah ada 73 sukarelawan yang naik turun gunung untuk berusaha melokalisasi dan memadamkan api.  “Pagi mereka naik berupaya memadamkan, kalau sore mereka turun. Selanjutnya mereka bermalam di posko,” imbuh sukarelawan dari Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGm), Ahmad.

Saat ini upaya pemadaman kebakaran terus dilakukan. Namun lagi-lagi tim harus berhadapan dengan kondisi cuaca terutama pergerakan angin yang sulit diprediksi.

Tim gabungan dari Basarnas, TNI, sukarelawan, masyarakat desa, dan BTNGMb diminta untuk memprioritaskan keselamatan masing-masing.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya