SOLOPOS.COM - Paidi, 55, warga Dukuh Gonggang RT 007/RW 004, Karangudi, Ngrampal, Sragen, menunjukkan lokasi penemuan pasutri lanjut usia yang meninggal terpanggang, Selasa (13/3/2018). (Tri Rahayu/JIBI/Solopos)

Kebakaran Sragen, jenazah pasutri meninggal terpanggang dimakamkan satu liang.

Solopos.com, SRAGEN — Jenazah pasangan suami istri, Sinto Wiyono Sariyo, 90, dan Waginem, 90, yang meninggal terpanggang saat rumah mereka di Dukuh Gonggang RT 007/RW 004, Desa Karangudi, Kecamatan Ngrampal, Sragen, ludes terbakar, dimakamkan dalam satu liang, Selasa (13/3/2018).

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Jasad Mbah Sinto dan Mbah Waginem dimakamkan di Tempat Permakaman Umum (TPU) Jagamanis Karangudi, Ngrampal, Sragen, pada Selasa pukul 12.00 WIB. Sebelumnya jenazah Sinto dan Waginem dievakuasi polisi dari lokasi kejadian dan dibawa ke rumah anak mereka, Sriyatun, 62, di Dukuh Grogol RT 012/RW 004, Desa Karangudi, Ngrampal, Sragen.

Rumah Sriyatun berjarak sekitar 300 meter dari lokasi kejadian. Di rumah itulah prosesi pemakaman jenazah pasangan suami istri (pasutri) lanjut usia itu dilaksanakan. Berdasarkan pantauan, ratusan warga berkumpul di kediaman Kismo Wiyono Kemis, 67, yang juga suami Sriyatun. (baca: Rumah Terbakar Tengah Malam, Pasutri Meninggal Terpanggang)

“Simbah meninggalkan empat anak, 12 cucu, dan 21 buyut. Saya salah satu cucunya. Simbah putri itu masih sehat dan masih jualan beras seperti biasa di Pasar Gonggang. Kalau Mbah Kakung sebenarnya sehat hanya kedua lututnya yang sakit kalau digerakan. Simbah masih bisa jalan tetapi pelan,” ujar cucu Sinto-Waginem, Kriyanto, 41, saat berbincang dengan wartawan di rumah duka.

Kriyanto memprediksi saat kebakaran Mbah Sinto berusaha membangunkan Simbah Waginem yang tertidur pular di kamar. Setiap malam, Mbah Sinto jarang tidur bersama Mbah Putri. Ia lebih suka tiduran di ruang depan sambil merokok.

“Mungkin saat mau membangunkan Mbah Putri itulah kemudian jatuh dan tidak bisa bangun hingga akhirnya terbakar. Posisi Mbah Putri itu masih di tempat tidurnya. Kalau posisi Mbah Kakung sudah bergeser dari tempat biasa tiduran,” jelasnya.

Kriyanto ikut mengafani jenazah kedua simbahnya. Dia menyampaikan tangan kanan Mbah Sinto sudah berupa tulang belulang yang berserakan. Kemudian telapak kaki hingga jarinya juga berwujud tulang berceceran. Demikian pula kondisi jenazah Mbah Waginem pada bagian telapak kaki dan telapak tangan sudah berupa tulang. (baca: Cucu Ungkap Firasat Terakhir Sebelum Pasutri Meninggal Terpanggang)

“Tadi anak-anak muda masih mengumpulkan tulang berserakan di lokasi. Tulang-tulang itu dikumpul sampai memenuhi satu gelas bekas air mineral. Kondisi itu tidak memungkinkan untuk memandikan jenazah. Jadi jenazah langsung dikafani,” ujarnya.

Tetangga Mbah Sinto, Paidi, 55, yang asli penduduk Dukuh Gonggang, menceritakan kondisi pasutri lansia itu saat ditemukan.

“Kondisi Mbah Sinto membujur ke timur di ruang tamu sebelah barat. Mbah putri ditemukan di sebelah utara lokasi Mbah Sinto. Jaraknya sekitar 50 cm. Mbak Waginem ditemukan membujur dengan posisi kepala di sebelah selatan. Salah satu kakinya, di bagian lutut terangka ke atas. Beberapa bagian tubuh, seperti tangan dan jari-jari kaki sudah berwujud tulang belulang,” terang Paidi sembari menunjukkan lokasi mereka ditemukan.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya