SOLOPOS.COM - Sawah di Desa Kragilan, Gantiwarno, Klaten yang kebanjiran. (Ivan Andimuhtarom/JIBI/SOLOPOS)

Sawah di Desa Kragilan, Gantiwarno, Klaten yang kebanjiran. (Ivan Andimuhtarom/JIBI/SOLOPOS)

KLATEN — Sebanyak 40 hektare sawah di Desa Kragilan, Kecamatan Gantiwarno terendam air sejak Sabtu (29/12/2012) lalu. Akibatnya, padi yang ditanam para petani terancam membusuk dan menyebabkan kerugian bagi mereka.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Seorang warga Dukuh Suko, Desa Kragilan, Saimin, 55, ketika ditemui Solopos.com di dekat sawahnya, Rabu (2/1/2013), mengatakan ia memastikan tanaman padi di sawahnya yang baru berusia sekitar 30 hari akan gagal panen. Ia mengeluhkan banjir yang selalu menggenangi sawahnya saat musim hujan.

“Saya punya setengah hektare sawah. Sejak dulu daerah ini selalu banjir, tetapi kondisi semakin parah setelah pemerintah membangun pintu air di sebelah timur sawah ini,” kata dia.

Petani lain, Pujiyati, 40, ditempat yang sama, mengatakan, sebelum adanya pintu air, sawah terendam banjir  relatif singkat sehingga padi tidak busuk. Namun sekarang, ia juga harus merelakan padi-padinya yang berusia sekitar 30 hari.

“Sudah enam tahun pintu air itu dibangun. Dulu memang banjir, tapi tidak separah sekarang,” gerutunya.

Kadus II Kragilan, Mulyoto, 38, dijumpai Solopos.com di kantornya, Rabu, menjelaskan kondisi saat ini adalah yang terparah sejak 14 tahun lamanya sawah di daerahnya tergenang air. Menurutnya, banjir pada zaman dulu tidak sampai menggenangi sawah di Kampung Kragilan dan Kampung Tegal. Sekarang, imbuh dia, hampir seluruh wilayah terendam air.

“paling tidak, setengah bulan, baru air itu bisa menyusut. Itu kalau tidak hujan. Kalau hujan, ya bisa tambah lama lagi,” kata dia.

Ia menambahkan, kondisi tersebut telah mereka sampaikan kepada pihak-pihak terkait seperti bupati dan anggota DPRD Klaten. Namun, belum ada tindak lanjut yang memuaskan para warga, khususnya petani.

Melihat kondisi tersebut, pemerintah desa Kragilan tidak berani memungut pajak dari petani karena faktanya petani sangat jarang bisa menikmati hasil panen mereka. Mulyoto mengaku, ia tetap menyerahkan surat penarikan, tetapi tidak berani memaksa lebih jauh para petani untuk membayar.

“Kami berharap kepada pemerintah, tolong masalah ini segera diselesaikan. Mungkin dengan cara dibikinkan pembuangan air yang tepat sehingga air tidak membanjiri sawah. Mohon kami ini dibantu,” ujarnya.

Sementara itu, salah seorang penyuluh di Kecamatan Gantiwarno, Edi Wiyanto, 42, ditemui Solopos.com di kantornya, Rabu, mengakui wilayah Kragilan termasuk salah satu desa di Kecamatan Gantiwarno yang rawan banjir saat musim penghujan. Selain Kragilan, beberapa desa yang areal persawahannya rawan banjir antara lain adalah Katekan, Gesikan, Sawit, Ngandong dan Joyoprayan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya