Soloraya
Kamis, 31 Oktober 2013 - 17:16 WIB

KEBIJAKAN PEMKOT : Solo Larang Topeng Monyet

Redaksi Solopos.com  /  Ahmad Mufid Aryono  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - Topeng Monyet (JIBI/Solopos/dok)

Topeng Monyet (JIBI/Solopos/dok)

Solopos.com, SOLO — Kota Solo mengikuti langkah DKI Jakarta dalam penertiban terhadap seniman topeng monyet. Dengan pendekatan persuasif, kini perempatan jalan di Kota Bengawan mulai bersih dari eksploitasi hewan tersebut.

Advertisement

Kepala Satpol PP, Sutarjo, saat ditemui wartawan di Balai Kota, Kamis (31/10/2013), mengaku telah mendata seniman topeng monyet yang mengais rezeki di Kota Bengawan. Hasilnya, dia mencatat ada belasan orang yang menjadikan topeng monyet sebagai pekerjaan.
”Mereka sudah kami minta tidak beraktivitas lagi. Sekarang jumlahnya sudah mulai berkurang,” ujarnya.

Berdasarkan pantauan, aktivitas topeng monyet biasanya ditemui di perempatan Gendengan, perempatan Ngemplak, perempatan Dawung, Kandang Sapi, Jl. M.T. Haryono, perempatan Gading hingga event car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi.

Advertisement

Berdasarkan pantauan, aktivitas topeng monyet biasanya ditemui di perempatan Gendengan, perempatan Ngemplak, perempatan Dawung, Kandang Sapi, Jl. M.T. Haryono, perempatan Gading hingga event car free day (CFD) Jl. Slamet Riyadi.

Namun, sejumlah titik seperti di perempatan Gendengan, Jl. M.T. Haryono dan CFD mulai steril dari topeng monyet.

Sutarjo mengatakan rata-rata seniman topeng monyet berasal dari Soloraya sampai Jawa Barat.

Advertisement

Dia mengklaim selama ini seniman topeng monyet cukup kooperatif dengan upaya Pemkot. Hingga tindakan terakhir, belum satu pun monyet yang ia sita akibat penolakan penertiban. Namun, pihaknya berjanji terus menggelar patroli simultan untuk menghapus topeng monyet di Kota Bengawan.

Selain alasan eksploitasi hewan, Sutarjo menilai topeng monyet harus ditertibkan karena mengganggu pengguna jalan. Menurutnya, aktivitas topeng monyet di persimpangan jalan berisiko menimbulkan kecelakaan lalu lintas.

”Tidak semua orang berani sama monyet. Kalau warga panik terus memacu kendaraannya gimana. Monyet jalanan seperti itu juga berisiko menularkan penyakit rabies.”

Advertisement

Wali Kota, F.X. Hadi Rudyatmo, menilai pemahaman terhadap asal usul seniman topeng monyet penting dalam penertiban aktivitas itu. Jika seniman tersebut warga Solo, Rudy bakal mencarikan solusi agar warga tetap memiliki penghasilan.

Namun jika pelaku berasal dari luar Solo, dia akan mengembalikannya ke daerah asal.

”Namun intinya penyiksaan terhadap hewan seperti itu tidak boleh dilakukan,” tandasnya.

Advertisement

Advertisement
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif